03 Februari 2008

EKSPANSI ARAB MUSLIM

EKSPANSI ARAB MUSLIM PADA
MASA IMPERIUM BANI UMAYYAH

I. PENDAHULUAN

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan ekspansi Arab Muslim pada masa Imperium Bani Umayyah, dan untuk mengetahui motivasi apa yang mendorong dinasti itu meluaskan daerah kekuasaannya.

Menurut Ahmad Syalabi, ada tiga motivasi yang menggerakkan perjalanan sejarah : 1. Ideologi. 2. Materi. 3. Pertentangan pribadi di antara penguasa. 1

Menurut Ibnu Khaldun, bahwa hukum sosiologi menguasai perjalanan sejarah, mempelajari sosiologi adalah penting sebagai pengantar kepada kajian tentang sejarah.2

Dalam tulisan ini akan dicari hubungan antara ekspansi Arab Muslim pada masa Imperium Bani Umayyah dengan pendapat diatas, sepanjang data yang dapat diperoleh.

II. IMPERIUM BANI UMAYYAH (41 h. – 132H.)

Imperium ini didirikan oleh Mu’awiyah ibn Abi Sufyan ibn Harb ibn Umayyah. Umayyah memiliki keberanian, harta yang banyak, keturunan yang banyak dan berani-berani, menjadi tandinga terhadap pamannya sendiri Hasyim ibn ‘Abd.Manap di masa jahiliyah. 3

Pertentangan dan perebutan kepemimpinan lebih jelas lagi kelihatan, manakala Nabi berasal dari keluarga Bani Hasyim yang kebetulan menjadi pemimpin Quraisy di zaman jahiliyah. Pemimpin-pemimpin dari keluarga Bani Umayyah menentang dan memerangi Nabi pada peperangan Badar, Uhud, Ahzab. Mereka agak terlambat masuk Islam. Mu’awiyah dan Abu Sufyan baru masuk Islam sesudah penaklukan kota Mekkah.4

Tetapi setelah masuk Islam mereka menunjukkan pengorbanan yang besar terhadap Islam seperti Khalid bin Walid, ‘Amru ibn al-Ash, seakan-akan mereka ingin menghilangkan noda karena mereka pernah memusuhi Islam. Mu’awiyah yang diangkat Nabi sebagai penulis wahyu, dikirim oleh Abu Bakar sebagai Kepala bala bantuan ke Syam untuk membantu angkatan perang kaum Muslimin yang dipimpin oleh saudaranya Yazid ibn Abi Sufyan.

Setelah seluruh Syam dapat dikuasai, dan setelah meninggalkan Yazid ibn Abi Sufyan (Gubernur Syam), khalifah Umar mengangkat Mu’awiyah menjadi gubernur Syam yang berkedudukan di Damaskus. Dari saat itulah ia mulai meletakkan dasar untuk mendirikan daulah yang begitu basar. Peluang untuk melaksanakan cita-citanya menjdi lebih besar di saat Usman menjadi khalifah , yang mana Usman adalah berasal dari keluarga Bani Umayyah. Dengan dalih sebagai pembela darah Usman, ia tidak mau membaiatkan Ali. Setelah kekalahan Ali di dalam tahkim, ia berhasil mendirikan suatu Imperium yang besar.

Imperium ini berusia sekitar 90 tahun, dimasa inilah ekspansi gelombang kedua, setelah ekspansi gelobang pertama berhenti di masa Usman dan Ali. 5

III. EKSPANSI ARAB MUSLIM PADA MASA IMPERIUM BANI UMAYYAH

Sebelum kita membicarakan daerah-daerah apa yang dapat dikuasai pada masa imperium Bani Umayyah, ada baiknya kita jelaskan lebih dahulu ekspansi gelombang pertama yang terjadi dimasa khulafaur Rasyiddin terutama dimasa Abu bakar dan Umar.

Setelah selesai perang Riddah dan perang melawan pembakang pembayar zakat, Abu Bakar mengirim pasukan-pasukan keluar Saudi Arabia. Khalid ibn Walid dikirim ke Irak dan dapat menguasai al-Hirah pada tahun 634 M., ke Siria dikirim tentara dibawah pimpinan tiga jenderal yaitu ‘Amr ibn al-‘Ash, Yazid ibn Abi Sufyan dan Syurah bil ibn Hasanah. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid ibn Walid diperintahkan supaya meninggalkan Irak, dengan melalui padang pasir yang sulit dilalui, hanya dalam tempo delapan belas hari ia sampai di Siria.

Usaha-usaha yang telah dimulai Abu bakar ini dilanjutkan oleh khalifah Umar ibn al-Khattab. Di zamannya lah ekspansi gelombang pertama terjadi. Kota Damaskus jatuh ditahun 634 M., dan setahun kemudian Bizantium kalah dipertempuran Yarmuk daerah Suria jatuh ke bawah kekuasaan Islam.

Dengan memakai Suria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan Sa’ad ibn Abi Waqqas. Babilon di Mesir dikepung di tahun 640 M. sementara itu tentara Bizantium dikalahkan di Heliopolis dan Alexandaria kemudian menyerah di tahun 641 M.

A-Qadisiyah, suatu kota dekat Al-Hirah di Irak jatuh di tahun 637 M. dan dari sana dilanjutkan ke Madain ibu kota Persia yang dapat dikuasai pada tahun itu juga. Selanjutnya Mosoul Nuiiveh dapat dikuasai pada tahun 641 M.

Dengan adanya gelombang ekspansi pertama ini, kekuasaan Islam di bawah Khalifah Umar meliputi selain semenanjung Arabia, juga Palestina, Suria, Irak, Persia dan Mesir.

Ekspansi di masa Bani Umayyah dapat dibagi kepada tiga medan pertempuran :

1. Medan Barat yaitu medan Asia Kecil dan pulau-pulau di laut Tengah.

2. Medan Afrika Utara sampai ke lautan Atlantik, daerah pedalaman Afrika dan daratan spanyol.

3. Medan Timur yaitu medan Asia Tengah dan Pakistan

1. MEDAN ASIA KECIL DAN PULAU-PULAU DI LAUT TENGAH

Mu’awiyah yang berkuasa di Suria semenjak Khalifah Umar merasa bertanggung jawab atas keselamatan negerinya dari serangan-serangan bangsa Rum dari kerajaan Bezantium yang berpusat di Kostantinopel, karena bangsa itu bercita-cita kembali untuk menguasai daratan Suria yang telah dikuasai kaum Muslimin. Ketika bergejolaknya fitnah di dalam negeri di masa pemerintahan Usman, dan kemudian Mu’awiyah harus berhadapan dengan Ali pada peperangan Shiffin, orang-orang Rum sempat menyerang daerah-daerah pantai, sehingga Mu’awiyah terpaksa membuat semacam perjanjian damai dan membayar sejumlah uang untuk menjaga keselamatan negerinya. 6

Setelah keadaan dalam negeri menjadi aman kembali Mu’awiyyah menyusun angkatan perang yang kuat, kuat mengembalikan benteng-benteng yang direbut oleh orang-orang Rum dan untuk menyerang langsung ibu kota Konstantinopel.

Dengan angkatan laut yang kuat yang terdiri dari 1700 kapal ia mengadakan serangan lebih dahulu kepulau-pulau di laut Tengah, seperti Cyprus, Crete, Rodus, Cicilia, Carsica, semuanya dapat ditaklukkan. Di bawah pimpinan Yazid ibn Mu’awiyah, tentara Arab Muslim bergerak menyerang Konstantinopel. Ikut serta dalam penyerangan itu pra shahabat kenamaan seperti Abu Ayyub al-Anshari, Abdullah ibn Zubair, Abdullah ibn Umar, Ibn Abbas dan lain-lain.

Kota itu rupanya bersengatan kuat, walaupun sudah dikepung selama tujuh tahun menurut pendapat yang terbanyak, dan tewas pulalah dalam peperangan itu Abu Ayyub al-Anshari, penaklukkan terhadap kota mengalami kegagalan. Penarikan mundur tentara kaum Muslimin terjadi pada tahun 61 H., yaitu di akhir pemerintahan Mu’awiyah atau di awal pemerintahan Yazid, di mana pada masa itu terjadi lagi kekacauan di dalam negeri. Di saat itulah pula orang-orang Rum mengambil kesempatan menyerang dan menguasai daerah Armenia, kota-kota pantai seperti Aqqa dan Asqalan. Hal itu berlaku sampai ke masa pemerintahan Abd.Malik, dan untuk kesekian kalinya pemerintahan Damaskus membuat perjanjian damai dengan Bezantium dan diriwayatkan Abd.Malik harus membayar setiap Jum’at 1000 dinar. 7

Setelah Abd.Malik dapat menguasai keadaan di dalam negeri, kembali ia merebut kota-kota pantai yang dirampas oleh orang-orang Rum itu, pada tahun 84 H. Ia mengirim tentara di bawah pimpinan Abdullah ibn Abd.Malik dan dapat merebut kota Mashishah.

Pada masa pemerintahan al-Walid, penaklukan Konstantinopel belum bisa dilaksanakan. Perhatiannya hanya tertuju ke Armenia atau Asia kecil dan dapat menaklukan benteng-benteng Mur’isya dan ‘Amuriyah.

Usaha penaklukan kota Konstantinopel dilakukan kembali di masa Sulaiman ibn Abd.Malik, tetapi serangan ini pun gagal berhubung udara bersengatan dingin dan orang-orang Romawi dapat memotong jalan yangmeyelurkan bahan bantuan kepada kaum Musimin, shingga khalifah Umar ibn Abd. al-Aziz memerintahkan dihentikannya peperangan dan tentara kaum Muslimin ditarik kembali ke Suria.

Terlepaslah kota Konstantinopel dari kekuasaan kaum Muslimin. Kota itu baru bisa ditaklukkan pada tahun 1453 M. oleh Muhammad al-Fatih (1451-1481 M.)

2. MEDAN AFRIKA UTARA DAN ANDALUSIA

Dikatahui bahwa daerah pantai Afrika Utara berada di bawah pengaruh kekuasaan bangsa Romawi, daerah pedalaman, padang pasir dan tanah-tanah pertanian yang membentang ke lautan Atlantik di sebelah Barat dan Sudan di sebelah Selatan berada di bawah kekuasaan orang-orang Barbar.

Untuk menjaga keamanan Mesir dari gangguan dan serangan orang-orang Romawi yang masih berpengaruh di Afrika Utara dan untuk menyebarkan agama Islam di kalangan orang-orang Barbar, Mu’awiyah mengirim tentara di bawah pimpinan Uqbah bin Nafi’ yang dapat menguasai Tunis dan mendirikan kota Qairawan di tahun 670 M. yang kemudian menjadi salah satu pusat kebudyaan Islam.

Pergantian gubernur Mesir dari Mu’awioyah ibn Hudaij kepada Maslamah ibn Al-Mukhallad Al-Anshari berakibat pergantian panglima perang dari Uqbah bin Nafi’ kepada Abu Muhajir, di mana panglima yang baru ini dapat menguasai benteng Romawi “Qartajanh” dan dengan politik yang licik ia dapat merangkul “Kasilah” salah seorang pemuka Barbar.

Pada masa Yazid kembali Uqbah diangkat menjadi penglima perang, bersama-sama dengan Muhajir ia dapat menguasai kota-kota samapi ke pantai lautan Atlantik yang disebut Maghribi. Di situ Uqbah berkata : “Demi Allah, kalau bukan karena lautan ini, aku akan terus menyiarkan agama-Mu, kalau nanti aku tahu bahwa disana ada bumi dan manusia, akan kuharungi lautan ini untuk menegakkan agama-Mu di antara mereka.”

Kembalinya Uqbah tidak disenangi orang Barbar, dengan bantuan orang-orang Rum dan dengan memakai tipu daya yang licik Kasilah dapat membunuh Uqbah, Muhajir beserta beberapa pengikutnya. Karena kematian Uqbah ini, kembali orang-orang Rum berkuasa di beberapa bagian di Afrika Utara dan orang-orang Barbar berkuasa didaerah pedalaman.

Dizaman pemerintahan Abd.Malik di bawah pimpinan Hasan ibn Nu’man Al-Ghasany, bangsa Rum dapat dikalahkan dan diusir dari Afrika Utara dan dapat pula menguasai daerah-daerah pedalaman. Di zaman itu boleh dikatakan seluruh daerah ini yaitu Afrika Utara dan daerah pedalaman menjadi bagian dari imperium Bani Umayyah di Damaskus.

Front Andalus

Orang-orang Romawi mengusai Andalusia pada tahun 133 M. bersama dengan itu hijrahlah orang-orang Yahudi kesana, kemudian daerah itu ditempati oleh bangsa Vandal awal abad ke V. Pada awal abad ke VI datang pulalah ke daerah itu bangsa Got, karenanya di daerah itu terdapat bernacam-macam bangsa, agama dan kebudayaan, maka seringlah terjadi perselisihan di antara mereka, sebagaimana sering pula terjadi perebutan kekuasaan di antara para raja-raja di situ.

Orang-orang Spanyol sering mambantu orang Rum melakukan serangan ke negeri-negeri pantai Afrika Utara yang dikuasai kaum Muslimin, tambahan lagi mereka sering memberikan bantuan kepada orang-orang Romawi yang masih menguasai kota Qarthajanh karena itu Musa bin Nushair (gubernur Afrika Utara) tidak merasa aman terhadap gangguan-gangguan itu, disamping juga ingin menyebarkan Islam kemana saja.

Manakala terjadi perebutan kekuasaan di Spanyol antara raja Roderick dan Coen Julian di mana yang dsebut terakhir ini minta bantuan kepada kaum Muslimin, maka tibalah saat yang ditunggu-tunggu oleh Musa bin Nushair, setelah mendapat persetujuan dari Al-Walid bin Abd.Malik serangan pertama dilakukan pada tahun 91 H. di bawah pimpinan Tharif bin Malik dengan memakai kapal yang disiapkan oleh Julian. Serangan ini hanyalah bersifat pengintaian dan hanya mempergunakan 500 tentara. Serangan pertama ini tidak mendapat tantangan yang berarti. Serangan kedua dilakukan di bawah pimpinan Tharik bin Ziyadd di atas sebuah bukit yang diberi nama dengan Jabal Tharik atau Gibraltar dia berpidato membakar semangat tentaranya. Tentara spanyol dikalahkan dan dengan demikian pintu untuk memasuki Spanyol terbuka luas. Toledo ibu kota jatuh demikian juga kota-kota lainnya seperti Sevilla, Malaga, Elvira dan Cordova yang kemudian menjadi ibu kota Islam Spayol yang dalam bahasa Arab disebut Al-Andalus (dari kata Vandal). Serangan-serangan selanjutnya dibawah pimpian Musa bin Nushair sendiri. Spayol menjadi daerah Islam.

Serangan ke Perancis dengan melalui pegunungan Pirance dilakukan oleh Abd.Rahman bin Abdullah Al-Ghafiqi di zaman Khalifah Umar ibn Abd.Azis. Ia seorang Bordeaw, Poiters dan dari situ ia mencoba menyerang Tours. Di daerah ini sampai sekarang masih terdapat bekas keturunan orang-orang Arab dengan ciri-cirinya yang khas. Pada serangan selanjutnya ia ditahan oleh Charles Martel dan dalam pertempuran itu panglima tentara kaum Muslimin mati terbunuh. Espansi ke Perancis gagal, sesudah itu masih juga diadakan serangan-serangan ke Avignon di tahun 734 M. dan Lyons di tahun 743 M. 8

Medan Timur dan Medan Sind

Di dalam litertur berbahasa Arab, negeri-negeri ini disebut negeri-negeri di belakng sungai ( ) yaitu negeri-negeri yang terletak di antara sungai Amu Darya dan sungai Syr Dorya, seumpama negeri Balkh, Bukhara, Khawa Rizmi, Farghana. Di antara penguasa negeri-negeri ini sering terjadi permusuhan, hal inilah yang memudahkan tentara Islam menguasainya. Beberapa di antara megeri-negeri ini telah pernah ditaklukkan di masa Usman dan pernah juga diadakan perjanjian damai dengan negeri-negeri sekitarnya, tetapi di waktu terjadinya fitnah negeri-negeri itu terlepas dari kekuasaan Islam, tetapi di masa Mu’awiyyah negeri-negeri itu ditaklukkan oleh tentara Islam telah sampai ke Bukhara dan Samarkand tetapi daerah ini kembali menjadi sepi di akhir pemerintahan Mu’awiyyah dan permulaan masa Yazid, dimana terjadi kekacauan-kekacauan di dalam negeri.

Di masa pemerintahan Al-Walid, di amana Al-Hajaj ibn Yusuf diangkat menjadi gubernur wilayah Irak dan Khurazan, pada masa inilah dikirim dua pasukan tentara, pertama menuju ke negeri-negeri di belakang sungai, kedua menuju ke negeri Suid atau Pakistan. Di bawah pimpinan panglima perang Qutaibah ibn Muslim, terjadi penaklukan secara sempurna terhadap negeri-negeri di belakang Sungai ini, di sampaing itu panggilan ke dalam agama Islam semakin digalakkan, dan panglima sendiri yang ikut menghancurkan berhala-berhala. Inilah sebabnya hampir seluruh penduduk negeri itu memeluk agama Islam. Qutaibah tidak berhenti sampai di situ saja, malah dia telah mengadakan pertukaran diplomasi dengan raja Cina. Kalaulah karena meninggalnya Al-Walid dan terjadinya perselisihan antara dia dan Sulaiman perjalanan sejarah terhadap negeri Cina akan lain daripada yang ada sekarang.

Front Sind (Pakistan)

Negeri Sind sebenarnya adalah satu bagian dari kerajaan India, negeri ini sering mendapat serangan dari Turki, Iran dn Cina.

Orang-orang Arab telah mengenal negeri ini sebelum Islam, yaitu karena adanya kegiatan perdagangan antara Arab dan India. Dimas Umar telah terjadi penyerangan laut terhadap negeri ini oleh gubernur Bahrain dan Umar yaitu Usman ibn Abi Al-Ash, tetapi kemudian Umar tidak menyetujui penyerangan laut ini karena kuatir akan keselamatan tentara. Di masa Mu’awiyyah terjadi pula penyerangan terhada negeri ini di bawah pimpinan Muhallab ibn Abi Shufrah.

Al-Hajaj (Gubernur Irak dan Khurazan) menganggap negeri ini adalah negeri pelarian dari pembelot-pembelot terhadap pemerintah, dengan alasan itu ia minta izin untuk menyerang negeri itu kepada Al-Walid. Pada mulanya Al-Walid tidak mengizinkan, tetapi manakal raja Sind (Dahir) tidak mau mengembalikan perahu-perahuyang mengangkut perempuan dan anak-anak yang berlayat dari negeri Sailon, maka serangan itu terpaksa dilaksanakan.

Di bawah pimpinan Muhammad Qasim yang mengambil jalan darat dan sebahagian tentaranya mengambil jalan laut kemudian bertemu di pelabuhan Zaibal, perang dengan raja Dahir dari Sind tidak bisa dihindarkan lagi. Dalam suatu peperangan yang dahsyat Dahir dapat dikalahkan, sehingga mambuka jalan bagi Qaim untuk menaklukkan seluruh negeri Sind sampai ke Kasymir.

IV. MOTIVASI EKSPANSI ARAB MUSLIM DI MASA DINASTI UMYYAH

Islam adala agama da’wah, artinya agama yang harus dikembangkan dan dida’wahkan, karena Islam adalah agama untuk seluruh umata manusia, berbeda dengan agama Yahudi dan Budha yang bersifat tertutup, maka setiap Muslim terpanggil untuk menda’wahkan agamanya kepada siapapun. Di sisi lain islam menghormati hak-hak asasi manusia, sedangkan memeluk agama adalah hak asasi setiap orang yang paling urgent. Karena itu Islam disiarkan bukan dengan kekerasan. Nabi danpara shahabat terpaksa hijrah ke Madinah untuk menghindari tindak kekerasan yang dilakukan pihak lain terhadap orang-orang Islam.

Di Madinah masyarakat Islam terbentuk merupakan macam sebuah negera, walaupun politik atau negera hanyalah sebagai alat bagi agama, bukan suatu ekstensi darai agama, (dalam Islam dan Masalah Kenegaraan, oleh Ahmad Syfi’I Ma’arif). 9 Karena itu negera Islam di Madinah mempunyai kedaulatan dan teritorial tertentu, yang harus diakui oleh negara-negara tetangganya.

Kaum Quraisy yang mengaku sebagai pemimpin dari kabilah-kabilah Arab lainnya tidak mengakui kehadiran negara Islam yang baru itu. Hukum Sosiologis Arab Jahiliyah terus berlku, saling serang menyerang untuk menjadi pimpinan dan untuk mendapatkan harta rampasan tidk bisa dihidari.

Sejarah Islam mencatat bahwa perang yang dilakukan Nabi dan para shahabat pada masa permulaan Islam, adalah untuk mempertahankan diri dari serangan pihak lain, dan di dalam rangka menjaga kelangsungan hidup negara Islam yang baru itu, dan sekaligus untuk menjaga kelancaran da’wah hal itu dapat dibuktikan sebagai berikut :

1. Di dalam peperangan badar, kaum Muslimin hanya bermaksud untuk mencegat kafilah Quraisy yang kembali dari Syam di bawah pimpinan Abu Sufyan, sebagai imbalan dari harta benda kaum Muslimin yang dirampas kaum Quraisy di Mekkah di kala Hijrah. Sebenarnya perang tidak perlu terjadi, karena kafilah atau al-ir Quraisy itu dapat lolos dari cegatan, namun Abu Jahal dan ‘Athabh ibn Rabi’ah masih bersikeras untuk memerangi kaum Muslimin. 10

2. Perang Uhud dan Ahzab diperkarsai oleh kaum Quraisy, karena ingin membalas dendam terhadap kaum Muslimin, akibat kekalahan mereka di padang Badar. 11

3. Penaklukan kota Mekkah harus dilakukan karena pelanggaran kaum Quraisy terhadap perjanjian Hudaibiyah, demikian jiga tindakan militer yang dilakukan terhadap orang-orang Yahudi Madinah karena mereka melanggar piagam Madinah yng telah disetujui bersama. 12

Da’wah secara damai yang dilaksanakan oleh Nabi nampak dalam surat-surat yang dikirimnya kepada pemimpin-pemimpin kabilah Arab dan kepada penguasa Rum dan Persia. Namun kebijaksanaan Nabi itu ditanggapi dengan cara yang tidak simpatik oleh sebahagian raja-raja itu, malah mereka tidak segannya menghina Nabi dan agama Islam, dengan merobek-robek surat Nabi dan membunuh utusannya. 13

Surat yang dikirim Nabi kepada raja Mukaukis penguasa Rum di Mesri, menggambarkan kebijaksanaan beliau di dalam menyiarkan Islam, demikian antara lain isinya :

“ Masuklah kamu ke dalam agama Islam, kamu akan selamat, kalau tidak maka diataspundakmu terpikul dua dosa, pertama dosamu sendiri, kedua dosa rakyatmu, kerana kamu mencegah mereka masuk Islam. ” 14

Abul al-hasan an-Nadwi menjelaskan, bahwa para penguasa di zaman itu memaksakan agamanya kepada rakyatnya, dengan tujuan untuk memperkuat kedudukannya, seperti terjadi di Persia, karena raja dianggap keturunan dewa, maka segala perintahnya harus dita’ati karena dianggap perintah Tuhan, demikian juga praktek-praktek seperti itu kita dapati juga di negeri-negeri jajahan Romawi. Maka dengan demikian para penguasa adalah penghalang utama dari da’wah Islamiyah. Kita sering mendengar ucapan para sejarawan :

“Rakyat memeluk agama raja-raja mereka.”

Peluasan daerah keluar jazirah Arab yang dilakukan oleh Khalifah Abu bakar dan Umar bertujuan untuk menjaga keamanan negeri Islam dari serangan-serangan negeri-negeri tetangganya, seperti yang dilakukan oleh penguasa kerajaan Ghassan yang terletak diperbatasan Suria atas bantuan kerjaan Bizantium.

Selain itu serangan-serangan yang dilancarkan oleh tentera Islam itu karena alasan untuk membebaskan negara-negara Timur yang dijajah oleh barat yang berlangsung hampir seribu tahun. Penduduk-penduduk di Suria, Palestina, Mesir, merasa lebih dekat hubungan darah mereka dengan orang-orang Arab keturunan Samiyah ketimbang bangsa Romawi dari Barat itu.

Di samping itu al-Qur’an banyak menyebutkan keutamaan “berjihad”, sehingga para ulama Fikih mengatakan, melakukan jihad adalah fardhu ‘ain hukumnya, apabila tujuannya untuk mempertahankan diri.

Demikianlah motivasi ekspansi gelombang pertama yang dapat kita tangkap dari sejarah Islam, untuk memahami motivasi ekspansi gelombang kedua kita perlu menyelidikinya lebih lanjut lagi.

Mu’awiyah nampaknya harus melancarkan serangan ke Konstantinopel, karena di waktu dia menghadapi gejolak di dalam negeri, Armenia dan negeri-negeri pantai diserang dan direbut kembali oleh Bizantium, hal itu akan mengancam kedudukan Damaskus. Untuk menjaga keamanan negerinya, ia harsu membayar sejumlah uang kepada penguasa Bizantium. Ikut serta para shahabat kenamaan seperti Abdullah ibn Umar, Abdullah ibn Abbas, Abu Ayyub al-Anshari yangmati syahid dalam pertempuran itu, menunjukkan kepada kita betapa besarnya motivasi agama menjadikan dasar dalam penyerangan itu.

Di masa Abd.Malik kembali orang-orang Rum menyerang kota-kota pantai, sehingga terpaksa Khalifah membayar 1000 dinar setiap Jum’at kepada penguasa Rum untuk menjaga keselamatan negerinya, sehingga serangan-serangan ke Konstantinopel harus pula dilaksanakan.

Semboyan ‘Uqbah bin Nafi’ penakluk Afrika Utara menggmbarkan betapa besrnya motivasi agama menjadai dasar di dalam penyerangan-penyerangan yang dilakukan. Penyerangan-penyerangan yang dilakukan di front Timur dan daerah Sind, tidak berjauhan dari penyerangan-penyerangan di daerah Barat dan Afrika Utara, karena negeri-negeri dibelakang sungai (waran al-nahri) dianggap sebagai basis para pembelot-pembelot terhadap negara.

Walaupun negeri-negeri itu dapat ditaklukkan namun agama Islam tidaklah dipaksakan kepada penduduknya. Sejarah mencatat, sesudah berlalu dua, tiga abad dari penaklukan barulah Islam dipeluk oleh sebaian besar penduduknya, malah sampai sekarang, 10% sampai 20% dari penduduk negeri-negeri itu tidak memeluk agama Islam.

Pada masa pemerintahan Umar ibn Abd. al-Aziz ada diantara para gubernur yang mengeluh karena banyaknya orang yang masuk Islam yang berakibat berkurangnya penerimaan negara dari Jizyah, tetapi Umar memperingatkan bahwa Nabi muhammad tidaklah diutus untuk memungut Jizyah, tetapi untuk menyampaikan Islam.

Kebanyakannya para sejarawan Muslim berpendapat bahwa ekspansi yang dilancarkan oleh Muslimin adalah untuk kepentingan da’wah atau sekurang-kurangnya untuk mempertahankan diri. Adapun untuk kepentingan harta rampasan perang, memang adalah suatu kewajaran, karena begitulah ketetapan hukum perang, malah bangsa-bangsa lain yang melakukan penaklukan dianggap lebih kejam dan tidakbermoral dibandingkan dengan tentara Arab Muslim itu.

Sebahagian para orientalis menuduh bahwa Islam disiarkan dengan pedang, tetapi Philip K.Hitti tidak menerima kalau Islam disiarkan dengan pedang, tidak juga karena semata-mata untuk menyiarkan agama, tetapi masih ada faktor-faktor lain yang mendorong orang-orang Arab Muslim itu melancarkan ekspansinya. 16 Ia memandang dari segi watak dan pembawaan bangsa Arab yang hidup di padang-padang pasir yang tandus itu.

Kehidupan di padang-padang pasir yang serba sulit, tidak ada air yang mengalir, tidak ada air yang mengalir, tidak ada tanah subur yang bisa ditanami, menyebabkan orang-orang Arab Badwi sangat tertarik akan daerah-daerah subur yang dikenal dengan daerah-daerah bulat sabit (karena bentuknya menyerupai bulat sabit) yaitu di lembah sungai Efurat dan Tigris sampai ke lembah Nil yang subur itu. Perpindahan bangsa Arab yang subur itu. Perpindahan bangsa Arab dari padang pasir sudah berjalan sejak zaman dahulu, tetapi kali ini hasrat berpindah telah tersalur melalui ekspansi yang teratur.

Syi’ir-syi’ir Arab menunjukkan kepribadian bangsa Arab yang suka berperang untuk mendapatkan harta rampasan. Setelah mereka disatukan di dalam Islam, semangat mereka untuk berperang mendapat siraman jihad yang begitu besar, sehingga tak ada suatu kekuatan pun yang dapat membendung arus ekspansi yang begitu deras.

Kalau kita melihat kehidupan mewah di istana Dinasti Bani Umayyah, dinasti yang didirikan di atas dasar kerajaan, yang sudah menyimpang dari tuntunan agama Islam. Khalifah Umar ibn Abd. al-Aziz yang bertindak mengembalikan tanah-tanah yang dirampas oleh bangsawan Bani Umayyah kepada pemiliknya, menunjukkan kepada kita bahwa dinasti itu terlibat juga di dalam mencari keuntungan materi di dalam tindakan-tindakan mereka.

Maka di samping untuk mempertahankan diri dan untuk menyiarkan Islam, motivasi untuk mendapatkan harta rampasan perang dan untuk memperluas daerah kekuasaan yang akan mendatangkan keuntungan materi, turut mewarnai motivasi ekspansi Arab Muslim di masa Dinasti Bani Umayyah.

V. K E S I M P U L A N

1. Ekspansi gelombang pertama meliputi daerah Suria, Palestina, Irak, Persia dan Mesir.

2. Ekspansi gelombang kedua meliputi Afrika Utara, daratan Spanyol, Asia Tengah, seperti Tasykent Bukhara, Samarkand dan Pakistan.

3. Ekspansi gelombang pertama dilaksanakan berdasarkan motivasi agama.

4. Ekspansi gelombang kedua di samping motivasi agama, juga motivasi kebendaan.

5. Islam disiarkan tanpa paksaan.

6. Penaklukan yang dilakukan oleh bangsa Arab Muslim dianggap pembebasan negera-negera Timur dari dari jajahan Barat yang berlangsung seribu tahun.

Daftar Kutipan

1. Ahmad Syalabi, Mansu’atu at-Tarikh al-Islamy. Maktanahdhah Mishriyah Cairo, Tahun 1978. Jilid I, Hal. 22

2. Nurcholis Madjid, Khazanah Intelektual Islam. Bulan Bintang Jakarta. Tahun 1984, hal. 47

3. Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islamy. Maktanahdhah Mishriyah Cairo, Jilid I, Hal. 49

4. Ahmad Syalabi, Mansu’atu at-Tarikh al-Islamy. Maktanahdhah Mishriyah Cairo, Tahun 1978. Jilid I, Hal. 34

5. Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Penerbit Universitas Indonesia Jakarta. Tahun 1984. Jilid I, Hal. 61

6. Ahmad Syalabi, Mansu’atu at-Tarikh al-Islamy. Maktanahdhah Mishriyah Cairo, Tahun 1978. Jilid II, Hal. 114

7. I b i d, Hal. 117

8. Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Penerbit Universitas Indonesia Jakarta. Tahun 1984. Jilid I, Hal. 62

9. Ahmad Syafi’i Ma’arif, Studi Tentang Percaturan dalam Konstetuante Islam dan Masalah Kenegaraan. Lembaga Penelitian Pendidikan dan penerangan Ekonomi dan Sosial Jakarta. Tahun 1985, Hal. 13

10. Ahmad Syalabi, Mansu’atu at-Tarikh al-Islamy. Maktanahdhah Mishriyah Cairo, Tahun 1978. Jilid I, Hal. 301

11. Ibid, Hal. 307

12. Ibid, Hal. 321

13. Tim Penyususn Texbook Sejarah dan Kebudayaan Islam, Direktorat Jenderal Pembinaan Agama Islam Dep.Agama RI. IAIN “Alauddin” Ujung Pandang 1981/82. Jilid I, Hal. 66

14. Ahmad Iskandary, Al-Wasith. Daru al-Ma’arif Mesir. Hal. 114

15. Ahmad Amin, Islam Sepanjang Zaman, Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pelajaran Malaysia, Kuala Lumpur. Tahun 1980. Hal. 23

16. Philip K.Hitti, Dunia Arab, Penerbit Sumur Bandung, Hal. 61

K E P U S T A K A A N

Amin ,Ahmad. Fjru al-Islam. Beirut : Dar al-Kitab al-Araby, cet. X. 1979

Ditbinperta. Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jakarta : Proyek pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, 1981/1982

Harus Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta : Universitas Indonesia (U.I Press), 1984

Hasan, Ibrahi Hasan, Tarikh al-Islamiyah al-Siyasah wa al-Tsaqafah, Juz I :Mesir : Maktabah al-Nahdiyah, 1957

Hasymi, A. Sejarahdan Kebudayaan Islam,Jakarta : Bulan Bintang, 1980

Hitti, Philiip K. The Arabs a Short History, diterjemahkan oleh Ushuluddin Hutagalung dan ODP Sihombing dengan Judul “Dunia Arab” cet. VII: Bandung: Sumur, t.th

Hodgson, Marshall G.S. The Venture of Islam. Vol. I; Chicago : Universitay of Chicago Press,1974

Ibn Sa’ad, Muhamad. Al-Thabaqat al-Kabir. Juz : IV, Muassisah al-Nasyr, 1366 H.

Ibn Khadun, Abd.al-Rahmanibn Muhammad. Tarikh Ibn Khaldun,juz VI, Bairut : Muassisah al-Jamal li-Thiba’ah wa al-Nasyr, 1979

Nurcholis Majid. Khazanah Intelektual Islam. Jakarta :Bulan Bintang . 1984.

Syfi’I Ma’arif, Ahmad. Studi Tentang Percaturan Dlam Konstituante Islam dan Masalah Kenegaraan, Jakarta : LP#ES, 1985

Syalabi, Ahmad. At-Tharikh al-Islamiyah wa al-Hadlaratul al-Islamiyah, juz II, cet. V; Mesir Maktabah al-Nahdligah, 1978.

Thabary, Ibn Jarir, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, Juz VI; Edisi Baru; Mesir : Daru al-Fikr. 1979.

Tidak ada komentar: