03 Februari 2008

INTERNALISASI NILAI AKHLAK BAGI REMAJA

Analisa Psikologis tentang :
PENTINGNYA INTERNALISASI NILAI-NILAI AKHLAK BAGI REMAJA

Oleh H.Munadi Sutera Ali

Pendahuluan

Masalah remaja adalah sesuatu yang penting dan memang seharusnya untuk dibicarakan. Apalagi manakala kita berada di era global ini, yang salah satunya ditandai oleh derasnya dan tak terbendungnya arus informasi dari berbagai penjuru dunia berikut dengan efek pengiringnya, baik positif maupun negatif, akan banyak mempengaruhi kehidupan mereka.

Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa ke depan, ditentukan oleh pembinaan remaja saat ini, karena memang para remaja hari ini adalah harapan bangsa di masa depan.
Dikatakan demikian, memang pada saat muda, pertama manusia punya vitalitas prima, harapan yang tinggi dan semangat yang kuat, kedua, kondisi faal tubuh berada pada puncak pertumbuhan biologis, dimana secara biologis kekuatan dan kemampuan faal tubuh dapat berfungsi secara sempurna.
Untuk dapat membina dan bahkan memanfaatkan para remaja, diperlukan pengenalan lebih jauh tentang keadaan mereka sebenarnya, sehingga diharapkan apa yang dilakukan untuk dan atau dengan memanfaatkan mereka, tidak menghasilkan sesuatu tujuan secara optimal, atau bahkan hanya mendatangkan sesuatu hal yang sia-sia.
Dalam makalah ini, dicoba untuk memaparkan gambaran tentang remaja, berbagai persoalan yang sering dihadapi mereka, berikut dengan pentingnya internalisasi nilai-nilai akhlak sebagai bagian yang utama dalam rangka pembentukan sikap mental dan kepribadian mereka .

Remaja dan Persoalannya
Dalam sosial kemasyarakatan batas akhir usia remaja agak sulit ditentukan, sebab semakin maju peradaban manusia, maka penerimaan masyarakat terhadap remaja pada bidang sosial kemasyakatan, makin disyaratkan adanya kebutuhan akan keahlian dan kematangan mereka. Akibatnya akan terpaut rentang waktu yang berbeda, antara usia remaja di wilayah kehidupan sederhana dengan wilayah kehidupan modern.
Namun berdasarkan kajian psikologi, usia remaja yang walau pun juga mesti tetap bergantung dan dipengaruhi oleh keadaan masyarakat, para ahli hampir mensepaki, yakni antara 13 – 21 tahun.[1]

Masa remaja ini, sering diistilahkan dengan masa transisi. Masa transisi ini terdiri atas beberapa periode, periode yang terkenal seperti Pra Pubertet, pubertet sebenarnya dan post pubertet (adolesensi).”[2]

Diantara pendapat para ahli tentang usia remaja, hubungannya dengan masalah kejiwaan mereka, dibagi dalam beberapa rntang usia berikut :

Pra pubertas

Wanita : 10 ½ - 13 tahun
Laki-laki : 12 - 14 tahun

Pubertas

Wanita : 13 - 15 ½ tahun
Laki-laki : 14 - 16 tahun

Krisis Remaja

Wanita : 15 ½ - 16 ½ tahun
Laki-laki : 16 - 17 tahun

Adolesen

Wanita : 16 ½ - 17 tahun
Laki-laki : 17 - 21 tahun [3]

Dalam melakukan pembinaan atau memanfaatkan para remaja dalam berbagai hal, hal yang utama sekali harus dilihat adalah ciri umum dan utama pada periode usia perkembangan mereka , yaitu usia pubertas ini. Beberapa ciri umum dan utama periode pubertas ini, adalah :
1. Pubertas merupakan periode transisi dan tumpang tindih. Dikatakan transisi, sebab pubertas berada dalam peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa remaja, disebut kanak-kanak tidak tepat, sementara ia belum dapat dikatakan remaja. Dikatakan tumpang tindih, sebab beberapa ciri remaja dimiliki pula.

2. Pubertas merupakan periode terjadinya perubahan yang sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke arah bentuk tubuh orang dewasa. Terjadi pula perubahan sikap dan sifat yang menonjol, terutama terhadap teman sebaya lawan jenis, terhadap permainan dan anggota keluarga. [4]

Pemanfaatan dan atau pembinaan remaja, harus melihat dan melakukan tindakan secara hati-hati, sebab dengan perubahan faal tubuh secara cepat tentu akan diikuti oleh perubahan kejiwaan pada mereka, yang ini semua akan berefek pada perubahan sifat dan sikap mereka.

Secara umum gambaran keadaan masa remaja, adalah bahwa :“ Masa ini bisa dikatakan masa transisi dan ini bisa merupakan masa yang berbahaya baginya, sebab ia mengalami hidup di dua alam, yakni antara alam khayalan dan alam kenyataan, di mana banyak ditemukan gejolak jiwa dan fisik. Transisi merupakan perpindahan alam khayalan ke alam nyata, yang mana banyak kaum remaja berkhayal bahwa dirinya merupakan seorang super hero dalam segala hal …” [5]
Sifat-sifat permulaan dalam periode-periode tersebut di atas ialah munculnya keinginan menunjukkan sikap-sikap berani, ingin diperhatikan orang, yang sebenarnya sifat-sifat tersebut pada permulaan hanya merupakan sifat yang demonstratif untuk menyembunyikan kegelisahan-kegelisahan yang belum dikenal.” [6]
Menurut Winarno Surakhmad, pada masa remaja ini, bahwa “ … manusia mengalami kejadian psychologis yang penting yakni pada masa transisi manusia meninggalkan masa ke kanak-kanakan dan mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua … [7]
Pada masa ini perasaan mereka sangat peka, remaja mengalami badai dan topan dalam kehidupan perasaan dan emosinya. Keadaan semacam ini diistilahkan sebagai strom and stress.” [8] Manakala gejolak emosional yang tidak terkendali akan membawanya ke alam khayal yang nyatanya tidak. Disinilah banyak pemuda yang menjadi nakal karena ingin membuktikan bahwa dirinya sudah dewasa, padahal sebenarnya belum apa-apa, karena kedewasaan tidak hanya pada fisik saja tetapi meliputi keseluruhan mental kejiwaan. “[9]
Badai dan topan dalam kehidupan perasaan dan emosi yang dialami oleh remaja ini, maka kadang terlihat sikap dan sifat remaja yang sesekali sangat bergairah dalam bekerja tiba-tiba berganti lesu, kegembiraan yang meledakledak bertukar rasa sedih yang sangat, rasa yakin diri berganti rasa ragu yang berlebihan.
Bagi orang-orang yang mengerti, kalau melihat sikap dan sifat remaja yang sesekali sangat bergairah dalam bekerja tiba-tiba berganti lesu, kegembiraan yang meledakledak bertukar rasa sedih yang sangat, rasa yakin diri berganti rasa ragu yang berlebihan.”[10]
Ini berarti adalah hal yang sangat dituntut untuk memahami persoalan-persoalan yang terkait dengan remaja, manakala orang mau membina dan memanfaatkan mereka, agar bisa merencanakan dan melakukan tindakan yang paling tepat, baik dalam memanfaatkan atau pun membina mereka.
Menurut Dr. Zakiah Daradjat, ada beberapa masalah yang dihadapi oleh para remaja, antara lain : pertama, pertumbuhan jasmani yang cepat, kedua, pertumbuhan emosi; ketiga, pertumbuhan mental; dan ke empat, pertumbuhan pribadi dan sosial.[11]

Akibat pertumbuhan jasmani yang cepat, remaja bukan hanya merasakan pertumbuhan fisiknya yang demikian melaju, tetapi juga mereka merasakan pertumbuhan organ dan kelenjar seks, yang sebelumnya tidak mereka kenal. Ini akan membawa pengaruh pada sifat dan sikap dalam pergaulan mereka, utamanya kepada mereka yang berlawanan jenis.

Perubahan yang cepat pada struktur fisik mereka tadi, karena belum seutuhnya mereka pahami, maka membawa mereka pada kegoncangan emosi.
Disamping itu, permasalah lain berupa sikap yang sering dianggap sebagai bentuk ‘suka menentang’ oleh orang-orang di sekitarnya, karena pada masa ini perkembangan akal dan pemahaman terhadap yang abstrak semakin sempurna, manakala terdapat hal-hal yang tidak dapat diterima oleh akal mereka, maka sering mereka membantah dan menolaknya.
Pada usia ini, sering muncul tindakan-tindakan negatif, hal ini salah satu penyebabnya adalah belum sempurnanya penerimaan dan penghargaan masyarakat terhadap mereka, yang pada dasarnya karena ada prasyarat-prasyarat yang harus terpenuhi adanya pada mereka, sehingga sering mereka melakukan tindakan-tindakan yang negatif, yang berawal dari ketaksabaran mereka untuk dapat diterima dan dihargai oleh masyarakat.

Internalisasi Nilai-nilai Akhlak

Untuk membantu anak remaja dalam mengendalikan diri dan membantuk kepribadian mereka, maka pada saat mereka menginjak usia remaja, dengan krisis kejiwaan yang mereka hadapi, maka diperlukan adanya didikan agama yang lebih intens kepada mereka.
Yang dimaksud dengan didikan agama disini bukanlah pelajaran agama yang diberikan secara sengaja dan teratur oleh guru sekolah saja. Akan tetapi yang terpenting adalah penanaman jiwa agama yang dimulai dari rumah tangga, sejak si anak masih kecil, dengan jalan membiasakan si anak kepada sifat-sifat dan kebiasaan yang baik … [12]
Jadi pendidikan agama yang dikehendaki tidaklain adalah proses internalisasi nilai-nilai akhlak, dengan mengutamakan nilai-nilai keislaman, dan tentu dengan tidak menyisihkan dimensi kultural dan aspek tradisional yang tidak berlawanan secara prinsipil dengan ajaran agama Islam.
Secara moralistik, internalisasi nilai-nilai akhlak merupakan salah satu cara untuk membentuk mental manusia agar memiliki pribadi yang bermoral; berbudi pkerti luhur; dan bersusila, yang berarti pula adalah cara yang paling tepat untuk membina mental dan kepribadian anak remaja.
Internalisasi nilai-nilai akhlak Islami, merupakan cara yang tepat untuk membina sikap mental dan kepribadian remaja khususnya dan manusia pada umumnya, ke arah sikap mental dan kepribadian yang Islami; sesuai tuntunan al Qur’an dan as Sunnah, diharapkan dari titik ini, para remaja akan terhindar dari hal-hal yang dapat menghambat perkembangan mentalnya dan melakukan tindakan-tindakan negatif.
Media yang dapat digunakan yakni lewat contoh-contoh, latihan-latihan dan praktek nyata yang dilakukan oleh orang tua mereka di dalam lingkungan keluarga; oleh para pendidik di sekolah dan oleh anggota masyarakat di lingkungan sekitar mereka.
Dengan tidak dikenalnya si anak akan jiwa agama yang benar, akan lemahlah hati nuraninya (super ego), karena tidak terbentuk dari nilai-nilai masyarakat atau agama yang diterimanya waktu ia kecil. Jika hati nuraninya lemah, atau unsur pengontrol dalam diri si anak kosong dari nilai-nilai yang baik, maka sudah barang tentu akan mudah mereka terperosok ke dalam kelakuan-kelakuan yang tidak baik dan menurutkan apa yang menyenangkannya waktu itu saja, tanpa memikirkan akibat selanjutnya. [13]
Diantara nilai-nilai yang harus diinternalisasikan kepada mereka adalah nilai-nilai kejujuran, kasih sayang dengan segala cakupan nilai positifnya, tidak berlebih-lebihan, menghormati orang tua, taat pada syari’at agama, memelihara kesucian diri, bertakwa dengan segala perwujudannya, dan sikap senantiasa mendahulukan kepentingan orang lain dan kemaslahatan yang lebih besar dari pada mementingkan diri sendiri dan kepentingan sesaat.

Penutup

Masa remaja, sering diistilahkan dengan masa transisi yang terkait dengan persoalan-persoalan mental, maka melihat dan melakukan tindakan pemanfaatan dan atau pembinaan remaja, haruslah secara hati-hati.
Diantara persoalan-persoalan yang terkait dengan remaja, adalah
2.1 pertumbuhan jasmani yang cepat,
2.2 pertumbuhan emosi;
2.3 pertumbuhan mental;
2.4 pertumbuhan pribadi dan sosial
Internalisasi nilai-nilai akhlak merupakan salah satu cara untuk membentuk mental remaja
Internalisasi nilai-nilai akhlak Islami, merupakan cara yang paling tepat untuk membina mental dan kepribadian anak remaja ke arah sikap mental dan kepribadian yang Islami; agar memiliki pribadi yang bermoral; berbudi pekerti luhur; dan bersusila sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Dan sekaligus menghindarkan para remaja dari hal-hal yang dapat menghambat perkembangan mentalnya dan melakukan tindakan-tindakan negatif.

DAFTAR BACAAN

Daradjat,Dr Zakiah, Kesehatan Mental,Jakarta : Gunung Agung, 1983, Cetakan II,

_______________, Pembinaan Remaja, Jakarta : Bulan Bintang, 1982

Hasyim, Umar , Cara Mendidik Anak Dalam Islam,Surabaya : Bina Ilmu , Cetakan II, 1985

Mapiare, Drs.Andi , Psikologi Remaja, Surabaya : Usaha Nasional, tt,

Monk,Prof.Dr.F.J. et All, Psikologi Perkembangan, Jogjakarta : Gajah Mada University Press, 1982

Surakhmad,Prof. Dr.Winarno, Psikologi Pemuda, Bandung : Jemmars, , Cetakan IV , 1980



[1] Dr.Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja, Bulan Bintang, Jakarta, 1982, halaman 11

[2] Prof. Dr.Winarno Surakhmad, Psikologi Pemuda, Jemmars, Bandung, Cetakan IV , 1980, halaman 54

[3] Prof.Dr.F.J.Monk, et All, Psikologi Perkembangan, Gajah Mada University Press, Jogjakarta, 1982, halaman 220

[4] Prof.Dr.F.J.Monk, et All,Ibid , halaman 219

[5] Umar Hasyim, Cara Mendidik Anak Dalam Islam, Bina Ilmu , Surabaya, Cetakan II, 1985, halaman 118.

[6] Prof. Dr.Winarno Surakhmad, Psikologi Pemuda, Jemmars, Bandung, Cetakan IV , 1980,halaman 55

[7] Prof. Dr.Winarno Surakhmad, Ibid, halaman 54

[8] Drs.Andi Mapiare, Psikologi Remaja, , Usaha Nasional, Surabaya, tt, halaman 32

[9] Umar Hasyim, Opcit ,halaman 119

[10] Drs.Andi Mapoiare, Opcit ,halaman 33

[11] Dr.Zakiah Daradjat, Opcit, halaman 11 - 12

[12] Dr Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, Gunung Agung, Jakarta, 1983, Cetakan II, halaman 113

[13] Dr Zakiah Daradjat, Ibid, halaman 114

Tidak ada komentar: