08 Februari 2008

Analisis Mulok dan PAI

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MELALUI MUATAN LOKAL

( Analisis Kurikulum PAI dan Muatan Lokal Pendidikan Dasar)

Oleh : Drs.Munadi Sutera Ali

A. Pendahuluan

Kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan tersedianya sekolah yang bermutu terus menunjukkan peningkatan. Tidak dapat dimungkiri bahwa mayoritas sekolah yang ada sekarang pada umumnya masih dirasakan belum cukup optimal dalam mengembangkan potensi dan sumber daya anak secara utuh. Sementara tuntutan dan tantangan yang dihadapi anak dalam kehidupan masa depan disadari sangat komplek. Era globalisasi yang disebut, dianggap sebagai era kehidupan yang semakin kompleks, bervariasi dan penuh kompetisi. Hanya anak yang punya keunggulan tertentu yang mampu menjawab tantangan dan mengembangkan dirinya.

Pendidikan sekolah pada garis besarnya ditujukan kepada pembinaan kemampuan berfikir dan bekerja hingga dapat hidup layak dan pembentukan kepribadian dan pola sikap berdasarkan nilai-nilai yang ada di masyarakat, sebagai upaya untuk menjawab tantangan kehidupan yang muncul dan sekaligus melestarikan keberadaan dan kehidupan masyarakat itu.

Untuk mewujudkan hal tersebut, program pendidikan di sekolah umum disusun sedemikian rupa dengan menyediakan waktu bagi Mata Pelajaran Pendidikan Agama sebanyak 2 jam pelajaran per minggu, atau 0.7 % dari total jam pelajaran untuk seluruh program pendidikan di sekolah, padahal tuntutan untuk menjawab tantangan kehidupan yang muncul dan sekaligus melestarikan keberadaan dan kehidupan masyarakat itu, porsi untuk menerima pembinaan bidang nilai sikap ini seharusnya diperbanyak. Sementara untuk pengembangan ke arah peningkatan pola pikir dan vokasional serta pengembangan iptek porsinya sangat besar.

Prosentasi jam pelajaran per minggu untuk Mata Pelajaran pendididikan Agama, terlihat semakin ke jenjang yang lebih tinggi semakin sedikit, berbanding terbalik dengan mata pelajaran umum, khususnya untuk bidang pengembangan sains dan teknologi, yang mengakibatkan sebagian kalangan masyarakat menganggap bahwa pendidikan sekolah belum sepenuhnya dikatakan akan dapat mengembangkan anak secara utuh.

Kekuatiran lain, pada generasi selanjutnya akan lahir para ilmuan dan teknokrat yang masih kering nilai seperti yang terjadi di negara-negara Barat yang maju, malah mendatangkan masalah kemanusian baru yang lebih kompleks.

“ ... penguasaan atas sains dan teknologi memerlukan perspektif etis dan panduan moral. Sebab, seperti juga terlihat dalam pengalaman negara-negara maju ... kemajuan dan penguasaan sains dan teknologi tanpa perspektif etis dan bimbingan moral akan menimbulkan berbagai konsekuensi dan dampak negatif, ... telah membuat manusia semakin jauh dari axis, dari pusat eksistensial-spritual. Ini semua pada gilirannya menciptakan masalah-masalah kemanusiaan yang cukup berat, diantaranya krisis lingkungan, ketegangan yang berujung pada konflik dan perang, krisis nilai-nilai etis, dislokasi, eliensi, kekosongan nilai-nilai rohaniah, dan sebagainya.”[1]

Sebaliknya Muatan Lokal di Lembaga Pendidikan Dasar alokasi waktu yang tersedia sangat besar , yang berarti perannya pun diharapkan sangat besar, namun jika tidak disentesakan dengan muatan Pendidikan Agama Islam, maka apa yang dihasilkan dari pembelajaran Muatan Lokal akan lepas dari nilai-nilai luhur agama, pada hal ini semua sangat penting untuk meredam budaya sekuler dan materialistik yang semakin hari kian terasa dalam kehidupan.

B. Analisis Kurikulum Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Mata Pelajaran Muatan Lokal di Lembaga Pendidikan Dasar

1. Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Secara umum Pendidikan dalam Islam ditujukan untuk memberikan kesiapan pada seseorang dalam bidang keagamaan,[2] memberikan kesiapan pada dalam bidang akhlak[3], memberikan kesiapan pada dalam bidang sosial kemasyarakatan[4] , memberikan kesiapan pada dalam bidang dunia pekerjaan[5], memberikan kesiapan pada dalam bidang kemampuan berfikir[6] dan memberikan kesiapan pada dalam pengembangan seni[7].

Dalam kurikulum Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam , disebutkan bahwa Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, adalah :

“ meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa tentang Agama Islam dan bertaqwa kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, bernegara serta melanjutkan pendidikan jenjang yang lebih tinggi.”[8]

a. Kandungan Muatan Program

Dari tujuan Mata pelajaran Pendidikan ini, memang tersirat keinginan bahwa siswa setelah menyelesaikan program pendidikan dan pengajaran Pendidikan Agama Islam mempunyai kemampuan memahami dan mengamalkan ajaran Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Muatan kurikulum Pendidikan Agama Islam pada tingkat dasar (SD-SLP) telah disusun sedemikian rupa dikembangkan dari materi ibadah mahdhah, ayat-ayat pendek pilihan dan amaliah keseharian yang sifatnya sederhana, sesuai dengan jenjang kelasnya diprogramkan semakin banyak dan rumit., dan menjelang tiga tahun terakhir dari pendidikan dasar 9 tahunnya (tingkat SLTP) disamping materi ibadah dan ritual keseharian serta ayat dan hadits pilihan ditambah dengan mu’amalah, syari’ah dan sejarah Islam yang secara langsung diharapkan menjadi bekal hidup sebagai pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara.

b. Strategi Pembelajaran

Untuk dapat merealisasikan pesan program yang diamanatkan pada tujuan Pendidikan Agama Islam di atas, maka pendekatan pembelajaran pun harus telah ditata sedemikian rupa. Pada tahun-tahun pertama, pendekatan dan metode pembelajaran lebih banyak digunakan pelatihan, pembiasaan, hafalan, dogmatis dan ritual, sementara pendekatan yang berkenaan dengan penggunaan pemikiran dengan metode dialog belum banyak digunakan.

Sesuai dengan keperluannya untuk dapat menterjemahkan meteri Pendidikan Agama Islam konteknya dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, maka pada tingkat SLTP pendekatan dengan penggunaan pemikiran dengan metode dialog serta penjelasan-penjelasan rasional digunakan , selain tetap menggunakan metode tradisional berupa latihan, pembiasaan, hafalan, dogmatis dan ritual sesuai dengan keperluan. Hal demikian karena memang ada materi-materi agama yang memerlukan penggunaan metode belajar tradisional, dan ada materi yang memberi peluang untuk digunakannya metode rasional, dan ini hendaknya terus semakin dikembangkan seiring dengan berkembangnya Sains dan teknologi serta tuntutan masyarakat modern.

c. Pesan Moral

Jika kita cermati pesan moral yang terkandung pada tujuan Pendidikan Agama Islam tadi, secara umum dapat dikemukakan bahwa peserta didik diharapkan setelah menyelesaikan pendidikannya di SD-SLTP (pendidikan dasar) berperilaku, berfikir dan bersikap sehari-hari dalam kehidupan sosial kemasyarakatan senantiasa dijiwai oleh agama.

d. Alokasi Waktu

Alokasi waktu Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam jabaran Program Pendidikan Dasar adalah 2 jam pelajaran per minggu. Jika dibandingkan dengan jumlah alokasi waktu yang tersedia untuk Proses Pembelajaran di Lembaga Pendidikan Dasar itu, dapat digambarkan sebagai berikut :

No

Tingkat

Lama Jpl.

Jlh.Jam/minggu

% Jam/Minggu

1

Kelas I-II SD

30 menit

30 jpl.

6,66

2

Kelas III SD

40 menit

38 jpl.

5,38

3

Kelas IV SD

40 menit

40 jpl.

5,00

4

Kelas V –VI SD

40 menit

42 jpl.

4,75

5

Kelas I-III SLTP

45 menit

42 jpl.

4,75

Dari tabel tersebut tergambar jelas bahwa prosentasi alokasi waktu ternyata semakin tinggi jenjang kelas, semakin kecil jam pelajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Kurikulum Muatan Lokal

Untuk muatan lokal yang dianalisis hanya berkaitan dengan alokasi waktu, sebab disamping urgensi yang dituju pada pembahasan ini, juga karena Muatan Lokal yang ditujukan untuk menumbuhkan cinta daerah dan akrab dengan budaya akarnya, programnya variatif dan ditentukan oleh Kanwil Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dimana materi ajarannya adalah dapat berupa bahasa daerah, bahasa inggris SD, kesenian daerah, kerajinan daerah, dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas alam, serta hal-hal yang dianggap perlu oleh daerah dan sekolah.

Alokasi waktu untuk sajian Muatan Lokal dalam jabaran Program Pendidikan Dasar dibandingkan dengan jumlah alokasi waktu keseluruhan yang tersedia untuk Proses Pembelajaran di Lembaga Pendidikan Dasar, dapat digambarkan sebagai berikut :

No

Tingkat

Lama

Jpl.

Jam Tersedia

/Minggu

Jlh.Jam

/minggu

% Jam

/Minggu

1

Kelas I-II SD

30 menit

2 jpl

30 jpl.

6,66

2

Kelas III SD

40 menit

4 jpl

38 jpl.

10,15

3

Kelas IV SD

40 menit

5 jpl

40 jpl.

12,5

4

Kelas V –VI SD

40 menit

7 jpl

42 jpl.

12,5

5

Kelas I-III SLTP

45 menit

6 jpl

42 jpl.

16,5

Semakin tinggi tingkatan kelas, semakin besar alokasi waktu yang tersedia untuk pengajaran Muatan Lokal, ini dapat diartikan bahwa yang diamanahkan oleh program pendidikan dasar pada Muatan Lokal diharapkan besar konstribusinya bagi pendidikan siswa ‘yang dianggap perlu oleh sekolah dan atau daerah setempat’ untuk mencapai tujuan pendidikan dasar di daerah tersebut.

3. Berbagai Kekhawatiran Yang Timbul

a. Pendidikan Agama Islam

Siswa setelah menyelesaikan program pendidikan dan pengajaran Pendidikan Agama Islam mempunyai kemampuan memahami dan mengamalkan ajaran Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari, kemungkinan tidak bisa diwujudkan secara maksimal, bila Muatan kurikulum Pendidikan Agama Islam pada tingkat dasar (SD-SLP) telah disusun sedemikian rupa tapi karena kecilnya alokasi waktu, maka tidak sepenuhnya dapat diterjemahkan oleh pengajar dalam menyusun program mengajar, khususnya menyangkut pemilihan dan penetapan strategi pembelajaran yang akan berimplikasi kepada proses pembelajaran, serta penjabaran pesan moral dari tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama itu.

Manakala tuntutan pendekatan yang berkenaan dengan penggunaan pemikiran dengan metode dialog tidak digunakan dan pengajar tetap terpaku pada pendekatan tradisional yang sifatnya lebih banyak berupa latihan, pembiasaan, hafalan, dogmatis dan ritual,maka kemungkinannya setelah menyelesaikan seluruh proram pendidikan dan pengajaran Pendidikan Agama itu, siswa memang mendapatkan pengetahuan dan keterampilan serta nilai sikap, namun mereka tidak dapat sepenuhnya menterjemahkannya dalam kontek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berkembang maju seirama dengan perkembangan Sains dan teknologi serta tuntutan masyarakat modern.

Dengan kecilnya jam Pendidikan Agama Islam, dikhawatirkan perannya pun semakin kecil, ditambah lagi dengan tidak diujikannya Pendidikan Agama Islam dengan secara Nasional, dan hanya diujikan oleh sekolah, maka perannya dalam penentuan kelulusan siswa pun dimungkinkan akan menjadi lemah, sebab ini akan membuka peluang untuk pengangkatan nilai agar dapat memenuhi syarat lulusnya seorang siswa di sekolah itu.

b. Muatan Lokal

Ada dua hal yang berseberangan pada kurikulum Muatan lokal satu sisi alokasi waktu disediakan semakin besar berdasarkan tingginya tingkatan kelas yang ini menunjukkan besarnya peran yang diharapkan dari Muatan Lokal, tapi disisi lain Muatan Lokal tidak diujikan pada ujian akhir sekolah, dengan demikian Muatan Lokal sama sekali tidak berpengaruh pada kelulusan siswa. Dan persoalan lain, bahwa Muatan Lokal hanya diberikan pada tatanan Pendidikan Dasar, dan tidak berlanjut ke jenjang sekolah menengah.

Karena perannya tidak menentukan bagi kelulusan siswa dan kelanjutan programnya juga tidak ada, maka dikhawatirkan dianggap dapat tidak dilaksanakan atau tidak dilaksanakan dengan serius.

C. Sintesis Kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Muatan Lokal

Pendidikan Agama diharapkan punya peran besar dalam membentuk keutuhan pendidikan bagi anak, tapi kemungkinan bisa terlemahkan dengan kecilnya alokasi waktu dan kemungkinan tidak dianggap menentukan bagi kelulusan.

Muatan Lokal juga diharapkan punya peran besar dalam membentuk keutuhan pendidikan bagi anak berupa ‘muatan program pendidikan yang dapat disesuaikan dengan tuntutan lokal’ dengan melihat besarnya alokasi waktu , tapi kemungkinan bisa terlemahkan karena memang tidak menentukan bagi kelulusan siswa.

Jika tuntutan di lingkungan Lembaga Pendidikan Dasar (SD-SLTP) lebih menjurus ke arah bagaimana nilai-nilai Agama diharapkan punya peran besar dalam membentuk keutuhan pendidikan bagi anak, maka ada 2 alternatif yang mungkin dapat ditempuh :

a. Penggabungan Pendidikan Agama Islam dan Muatan Lokal

Penggabungan Pendidikan Agama Islam dan Muatan Lokal jangan diartikan hanya menambah jumlaah jam pelajaran untuk Pendidikan Agama Islam dengan jumlah jam Muatan Lokal, tapi juga harus disentesakan nama baru dan syllaby baru, tapi kemungkinannya kecil untuk segera dilaksanakan, sebab menyangkut perubahan jabaran program pendidikan.

b. Menyusun Kurikulum Muatan Lokal Baru dengan Central Ideas Pendidikan Agama Islam

Jabaran Program Pendidikan Dasar dengan 10 Mata Pelajaran dan di dalamnya Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Muatan Lokal tetap dipertahankan dalam struktur program dan dengan jumlah jam tidak dikurangi, tapi kurikulum Muatan Lokal disusun dan diorientasikan secara baru dengan mengacu ke arah central ideas yang sama dengan Pendidikan Agama Islam.

Central Ideas berupa nilai luhur agama, misalnya muatan lokal untuk Lembaga Pendidikan Dasar yang berada di daerah pegunungan adalah “Pendidikan Lingkungan Hidup”, maka program yang dikembangkan adalah bagaimana konsep pendidikan lingkungan hidup menurut ajaran dan nilai-nilai ajaran Islam.

C. Penutup

Mata Pelajaran Pendidikan Agama dengan kecilnya jumlah pelajaran per minggu dikuatirkan akan belum bisa melakukan perannya untuk melahirkan siswa mempunyai kemampuan memahami dan mengamalkan ajaran Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara ditengah pesatnya perkembangan Sains dan teknologi dan kemoderenan masa.

Muatan Lokal di Lembaga Pendidikan Dasar punya alokasi waktu yang tersedia sangat besar , yang berarti perannya pun diharapkan sangat besar, namun jika tidak disentesakan dengan muatan Pendidikan Agama Islam, maka apa yang dihasilkan dari pembelajaran Muatan Lokal akan lepas dari nilai-nilai luhur agama, pada hal ini semua sangat penting untuk meredam budaya sekuler dan materialistik yang semakin hari kian terasa dalam kehidupan.

1. Muatan Lokal dapat dikembangkan sesuai dengan tuntutan sekolah atau tuntutan masyarakat lingkungan Lembaga Pendidikan Dasar (SD-SLTP) itu berada.

2. Jika Muatan Lokal ingin dikembangkan lebih menjurus ke arah bagaimana nilai-nilai Agama diharapkan punya peran besar dalam membentuk keutuhan pendidikan bagi anak, maka ada 2 alternatif yang mungkin dapat ditempuh:

o Penggabungan Pendidikan Agama Islam dan Muatan Lokal, dengan melakukan sentesa nama baru dan syllaby baru.

o Menyusun Kurikulum Muatan Lokal Baru dengan Central Ideas Pendidikan Agama Islam .

DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Khaldun, Muqaddimah,(Kairo; Hajnah Al Bayan, 1962 )

Kurikulum Pendidikan Agama Islam,( Jakarta;Depdiknas, 1994)

Kurikulum Muatan Lokal,( Jakarta;Depdiknas, 1994)

Prof.Dr.Azyumardi Azra,MA, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Melenium Baru,(Jakarta; Logos,2000)



[1] Prof.Dr.Azyumardi Azra,MA, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Melenium Baru, Logos,Jakarta,2000, halaman 45

[2] Ibnu Khaldun, Muqaddimah, Hajnah Al Bayan, Kairo, 1962, halaman 1239

[3] Ibnu Khaldun, ibid, halaman 539

[4] Ibnu Khaldun, ibid, halaman 422

[5] Ibnu Khaldun, ibid, halaman 928

[6] Ibnu Khaldun, ibid, halaman 972

[7] Ibnu Khaldun, ibid, halaman 59

[8] Depdiknas, Kurikulum Pendidikan Agama Islam , Dirjendikdasmen, 1994, halaman 2

Tidak ada komentar: