03 Februari 2008

MODEL KEPEMIMPINAN SEKOLAH MODERN

MODEL KEPEMIMPINAN SEKOLAH MODERN

Oleh H.Munadi Sutera Ali

A. Pendahuluan

Sebuah sekolah modern ditandai berjalannya secara dinamis tiga pilar utama pada sekolah tersebut, yaitu manajemen dan supervisi – Proses Belajar Mengajar – Proses Bimbingan Penyuluhan/ Karier dan Agama. Namun yang paling menjadi penentu bagi berjalannya dua pilar yang lain adalah pilar manajemen/ kepemimpinan dan supervisi, sebab kenyataannya kelangsungan proses pendidikan dan pengajaran serta bimbingan di suatu sekolah sangat tergantung dan dipengaruhi oleh keadaan manajerial di lembaga itu.

Manajer sekolah yang berhasil salah satunya ditentukan oleh keberhasilannya dalam melakukan komunikasi, sebab dengan komunikasi yang baik akan memudahkan dia mendapatkan dukungan dari anak buahnya. Dan dengan komunikasi yang baik pula, seorang pemimpin dapat mempengaruhi pola pikir dan pola tindak bawahannya ke arah pola pikir dan pola tindak yang positif dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan di lembaga pendidikan sekolah.
Untuk menuju model sekolah yang ideal, yakni sekolah yang dapat secara maksimal dan bermutu menyelenggarakan layanan pendidikan dan pengajaran, layanan bimbingan dan layanan administrasi dan supervisinya, maka diperlukan manejer yang tangguh dan handal.
Untuk itu, dengan menganalisis kepemimpinan di sekolah akan terlihat berbagai permasalahan kepemimpinan dan kemungkinan alternatif –alternatif pemecahan yang dapat dilakukan, sehingga diharapkan dapat membantu mencarikan jalan menuju kepemimpinan yang ideal, untuk menciptakan sekolah yang ideal tadi.

B. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin

Perkataan leader (pemimpin) muncul pada + tahun 1300, yang sebelumnya hanya perkataan chief atau king yang digunakan, sedangkan istilah leadership (kepemimpinan) baru muncul sekitar tahun 1800 [1] Kepemimpinan adalah hubungan yang erat antara seorang dan sekelompok manusia, karena adanya kepentingan bersama; hubungan itu ditandai tingkah laku yang tertuju dan terbimbing daripada manusia yang seorang itu; manusia atau orang ini biasanya disebut yang memimpin atau pemimpin, sedangkan manusia yang mengikutinya disebut yang dipimpin.[2] Karena itu sebuah sekolah modern yang didalamnya terdiri dari banyak orang, dan berada dalam satu lingkup wadah untuk menuju tujuan yang sama, maka diperlukan adanya seorang kepala yang sekaligus sebagai pemimpin.
Setiap pemimpin adalah seorang kepala. Namun penelitian dan pengalaman menunjukkan bahwa cara berfikir dan bertindak yang didasarkan atas kepemimpinan formal semata-semata tidak selalu menghasilkan kepemimpinan yang efektif. [3]
Seorang pemimpin harus menunjukkan kemampuan, antara lain : (1). Pemegang organisasi yang cekatan dengan jalan membawa organisasi ke tempat tujuan yang ditetapkan sebelumnya; (2). Berperan selaku katalisator; (3). Berperan selaku integrator; (4) Peranan selaku Bapak; (5). Memainkan peranan selaku pendidik. [4] Jadi kepala sekolah dapat dianggap sebagai pemimpin, jika ia dapat membawa organisasi sekolah mencapai tujuan yang ditetapkan secara optimal, dapat menjadi katalisator, integrator, berperan sebagai Bapak dan sebagai pendidik dalam organisasi sekolah tersebut.

C. Model Kepemimpinan Sekolah Modern

Sudah saatnya lembaga pendidikan sekolah memiliki seorang kepala sekaligus pemimpin yang handal. Sebab Lembaga Pendidikan sekolah senantiasa berkembang menuju kearah lembaga pendidikan modern, berbanding lurus dengan perkembangan kehidupan manusia menuju ke taraf kehidupan modern.

Kehidupan modern, dilihat dari pola pikir dan pola tindak, yang secara umum memiliki kekhasan yaitu rasional, logis, rasio, sistematis, kalkulasi dan metodis.
Sekolah modern sebagai sebuah organisasi modern, sangatlah memerlukan adanya organisasi kerja, sistem kerja dan operasi kerja yang berada dalam suatu kesatuan yang padu untuk mencapai tujuan yang diharapkan di sekolah tersebut secara optimal. Berhubung dengan sangat pentingnya aspek kepemimpinan dalam manajemen organisasi modern, maka kiranya adalah wajar apabila masalah kepemimpinan mendapat pengkajian yang lebih serius oleh para ahli dibandingkan dengan masalah sebelumnya.[5]
Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus dapat menjalankan fungsi atau tugas manajer (pemimpin), yaitu :

1. Merencanakan (Planning)
2. Mengorganisir (organizing)
3. Menggerakkan (actuating)
4. Mengawasi (kontroling)[6]

Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus dapat mengeleminir dan bahkan menghilangkan sikap mendominasi (sikap dan pola tindak kekepalaan) dalam berbagai hal, baik organisasi kerja, sistem kerja maupun operasi kerja. Bahwa kepemimpinan berdasarkan defenisi, harus dibedakan dari dominasi atau kekepalaan.[7]
Memang ada berbagai bentuk kepemimpin yang berkembang, yaitu kepemimpinan paternalistis, kepemimpinan otokrasi, kepemimpinan free-rein atau laissez faire leadership, kepemimpinan secara otokratis, kpemimpinan patrialistis, kepemimpinan kharismatik dan kepemimpinan demokratis, namun bagi sekolah modern yang dan berada di era kehidupan modern ini, adalah tidak semua bentuk kepemimpinan itu cocok diterapkan.
Kepemimpinan secara paternalistis artinya pemimpin menganggap organisasi sebagai milik sendiri.[8] Acapkali manajer memperlihatkan kecenderungan tidak ingin mendelegasikan kekuasaan kepada bawahannya. Dalam hal ini si bawahan sangat diperlukan sebagai otomat.[9] Kepemimpinan demikian tidak tepat untuk suatu organisasi modern,dimana hak-hak azasi manusia yang dipimpin harus dihormati [10] Sebagai kebalikan dari kepemimpinan otoriter adalah kepemimpinan yang bebas (free-rein leadership atau laissez faire leadership)[11] Kepemimpinan dalam bentuk ini, akan dapat mengancam pencapaian tujuan yang sudah direncanakan secara sistematis, herarchis dan memegang prinsip kontinuitas program disuatu sekolah. Sebab dimungkinkan anggota organisasi sekolah dapat berjalan sendiri dalam melaksanakan program tanpa terkendali.

Pemimpin yang militeris, pemimpin yang memiliki sifat-sifat antara lain seperti di bawah ini :

1. Untuk menggerakkan bawahannya ia menggunakan system perintah yang biasa digunakan dalam ketentaraan

2. gerak geriknya esnantiasa tergantung kepada pangkat dan jabatannya

3. senang akan formalitas yang berlebih-lebihan

4. menuntut disiplin keras dan kaku dari bawahannya

5. senang akan upacara-upacara untuk berbagai-bagai keadaan

6. tidak menerima kritik dari bawahannya

7. Dan lain sebagainya [12]

Pola pikir dan pola tindak rasional, logis, rasio, sistematis, kalkulasi dan metodis sebagai ciri khas masyarakat modern termasuk sekolah, sangat berbeda dengan kehidupan militer, kalau tidak akan sering berbenturan dengan pola-pola militer seperti sistem perintah, ketergantung kepada pangkat dan jabatannya, senang akan formalitas yang berlebih-lebihan, menuntut disiplin keras dan kaku dari bawahannya, senang akan upacara-upacara untuk berbagai-bagai keadaan , tidak menerima kritik dari bawahannya.
Pemimpin secara paternalistis (bersifat kebapakan) dalam hal-hal tertentu amat diperlukan, akan tetapi sebagai pemimpin pada umumnya kurang baik. [13] Sebab bawahan sering dianggap sebagai anak yang senantiasa harus dibantu dan dilindungi secara berlebihan. Ini kadang bisa mematikan pola pikir dan pola tindak rasional, logis, sistematis, kalkulasi dan metodis, yang merupakan ciri masyarakat modern di sekolah modern.
Kepemimpinan kharismatik adalah kepemimpinan yang berdasarkan kepercayaan. Kharisma berarti penumpahan ampun. Kepatuhan dan kesetiaan para pengikut timbul dari kepercayaan yang penuh kepada pemimpin yang dicintai, dihormati dan dikagumi, bukan karena benar tidaknya alasan-alasan dan tindakan-tindakan sang pemimpin. Kemampuan menguasai bawahannya yang terdapat pada diri sang pemimpin disebabkan kepercayaannya yang luar biasa kepada kemampuannya itu. Seorang pemimpin yang kharismatis adalah pemimpin yang dianggap sebagai mempunyai kekuatan ghaib atau sakti yang tak dapat diterangkan secara ilmiah. Dapat dikatakan pula sebagai mempunyai kemampuan yang luar biasa di luar kemampuan orang-orang biasa [14] Kepemimpinan seperti ini juga sering akan berpengaruh bagi terelenasinya pola pikir dan pola tindak rasional, logis, sistematis, kalkulasi dan metodis.
Kepemimpinan Laisses faire atau secara bebas, biasanya tidak kelihatan ada organisasi dan segala sesuatu dilakukan tanpa rencana dari pimpinan.[15] Sebab pemimpin membiarkan anak buahnya untuk berbuat sekehendaknya masing-masing. Walau masyarakat modern dengan sudah memiliki pola pikir dan pola tindak rasional, logis, sistematis, kalkulasi dan metodis, namun kadang kala masing-masing maju berdasarkan pola pikir dan pola tindak yang berbeda, maka dikuatirkan bukan hanya tidak efektif dan efiesien dalam mencapai tujuan pendidikan, tapi malah membuka peluang tidak tercapainya tujuan yang ditetapkan secara maksimal.
Kepemimpinan demokratis dianggap paling baik, oleh karena dapat menimbulkan suasana kerja dan produktivitas yang paling tinggi derajatnya.[16] Kepemimpinan tipe ini hubungan antara pemimpin dengan bawahan bukan sebagai majikan dengan buruhnya, tetapi sebagai antar saudara, sifatnya kerakyatan atau persaudaraan. Pemimpin demokratis, senantiasa melakukan upaya untuk membuat anak buahnya mencapai hasil yang lebih baik. Ia memberikan kebebasan yang cukup kepada anak buahnya untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Pemimpin tipe ini, untuk mencapai hasil yang baik, senantiasa memupuk kekeluargaan, persatuan, membangun semangat dan kegairahan kerja pada anak buahnya.[17]
Type kepemimpinan demokratis, adalah :

1. Pandangannya bertitik tolak bahwa manusia adalah makhluk termulia di dunia.

2. Selalu berusaha mengsinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari para bawahannya.

3. Senang menerima saran dan pendapat dari bawahannya.

4. Selalu berusaha menjadikan bawahannya lebih sukses daripada dirinya.

5. Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan

6. Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pimpinan. [18]

Sekolah modern sebagai sebuah organisasi modern, maka pemimpinnya haruslah dapat mengembangkan kerjasama secara sukarela dan kepengikutan yang baik, agar manakala sang kepala sebagai pemimpin tidak ada ditengah bawahannya, proses pendidikan tetap berjalan secara baik dan sempurna. Untuk mengembangkan kerjasama secara sukarela dan kepengikutan yang baik, maka suatu organisasi harus diperlengkapi dengan proses manajemen, yakni perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan [19]
Sekolah modern salah satunya ditandai dengan kemampuan sekolah tersebut mampu bekerjasama dengan masyarakat secara produktif dan saling menguntungkan, memiliki stackeholder yang kuat yan mampu memberikan dukungan baik dana, tenaga ahli atau in put masukan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan bagi peningkatan layanan sekolah itu. Karenanya kepemimpinan seorang pemimpin juga merupakan perantara dari orang-orang dalam kelompoknya dengan orang-orang di luar kelompoknya. [20]
Memang kadang kala ditemui kelompok lingkungan baik di dalam organisasi sekolah atau ditengah masyarakat yang mengharuskan kepala sekolah sebagai pemimpin menjadi perantara, ada kelompok yang suka atau bersifat memberontak. Karenanya dituntut kemampuan sang kepala sebagai pemimpin memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik; dapat membaca dan bersikap dengan sesuai situasi dan kondisi yang dihadapi, sebab kelompok lingkungan yang bersifat memberontak membutuhkan pemimpin yang bersifat lain dari pada kelompok yang suka damai, demikian seterusnya. [21]
Memang menurut teori genetis bahwa Leaders are born and not made (pemimpin akan menjadi pemimpin karena lahir dengan bakat kepemimpinannya).[22] Tapi menurut sosial bahwa leaders are made not born (pemimpin dibentuk bukan dibawa sejak lahir)[23] Dan proses pendidikan berikut dengan kepemimpinannya adalah masalah proses sosial, maka kepemimpinan dalam masalah sosial tentu dapat dipelajari.
Berdasarkan teori ekologis, bahwa seseorang akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia pada waktu lahirnya telah memiliki bakat kepemimpinan, bakat mana kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya.[24]
Secara umum seseorang dapat menjadi pemimpin, karena : (1) membentuk diri sendiri (self kontituded leader, self made man, born leader); (2) Dipilih golongan; (3). Ditunjuk dari atas. [25]
Terlepas dari sebab manapun ia menjadi seorang pemimpin di lembaga pendidikan, maka ia harus mampu menggerakkan orang-orang yang berada dibawah kepemimpinannya. Untuk menggerakkan orang-orang yang berada dibawah kepemimpinannya, seorang pemimpin sekolah hendaknya memperhatikan beberapa faktor berikut :

1. Kepemimpinan

2. komunikasi

3. Perintah

4. Fasilitas [26]

D. Penutup

Dari uraian di atas, dapatlah disimpulkan :

1. Sebuah sekolah modern ditandai berjalannya secara dinamis tiga pilar utama pada sekolah tersebut, yaitu manajemen dan supervisi – Proses Belajar Mengajar – Proses Bimbingan Penyuluhan/ Karier dan Agama.
2. Sekolah modern berada pada kancah kehidupan modern, dan kehidupan modern itu menjadi bagian kehidupan sekolah modern yang ditandai dengan pola pikir dan pola tindak, yang secara umum memiliki kekhasan yaitu rasional, logis, rasio, sistematis, kalkulasi dan metodis.
3. Karena kekhasan pola pikir dan pola tindak pada kehidupan sekolah modern, maka kepemimpinan dapat dianggap yang terbaik, apabila dapat menimbulkan suasana kerja dan produktivitas yang paling tinggi derajatnya, mampu mencapai hasil yang lebih baik,anggotanya mampu menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya dan membangun semangat dan kegairahan kerja pada anak buahnya.
4. Kepemimpinan yang dapat dianggap yang terbaik, untuk sekolah modern adalah kepemimpinan tipe demokratis, karena :
a. Mampu membangun hubungan antara pemimpin dengan bawahan sebagai antar saudara, sifatnya kerakyatan atau persaudaraan.

b. Senantiasa melakukan upaya untuk membuat anak buahnya mencapai hasil yang lebih baik. Ia memberikan kebebasan yang cukup kepada anak buahnya untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.

c. Pemimpin tipe ini, untuk mencapai hasil yang baik, senantiasa memupuk kekeluargaan, persatuan, membangun semangat dan kegairahan kerja pada anak buahnya

BAHAN BACAAN

Dra. Ninik Widiyanti, YW. Sunindhia,SH., Kepemimpinan dalam Masyarakat Modern, Bina Aksara, Jakarta, 1988

Drs.Moekijat,Prinsip-prinsip Administrasi, Manajemen dan Kepemimpinan, Alumni, bandung, 1980

Drs.Onong Uchjana Effendy, MA, Kepemimpinan dalam Komunikasi, Alumni , Bandung

Drs.Soeharto Rijoatmojo, Ikhtisar Kepemimpinan Dalam Administrasi Negara di Indonesia, Jakarta, 1984

Drs.soekarno K.,Dasar-dasar Manajemen, Miswar, Jakarta, 1982

Lembaga Administrasi Negara, Manajemen Dalam Pemerintahan, Yayasan Penebit Administrasi, Jakarta

M. Karjadi, Kepemimpinan (leadership), Politela, Bogor, 1981

Prof Dr S.P.Siagian, Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi, Gunung Agung, 1993



[1] Drs.Soeharto Rijoatmojo, Ikhtisar Kepemimpinan Dalam Administrasi Negara di Indonesia, Jakarta, 1984, halaman 5-6

[2] M. Karjadi, Kepemimpinan (leadership), Politela, Bogor, 1981, halaman 1

[3] Prof Dr S.P.Siagian, Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi, Gunung Agung, 1993, halaman 20

[4] ibid, halaman 22

[5] Ibid, halaman 96

[6] Drs.soekarno K.,Dasar-dasar Manajemen, Miswar, Jakarta, 1982, halaman 86

[7] Lembaga Administrasi Negara, Manajemen Dalam Pemerintahan, Yayasan Penebit Administrasi, Jakarta, halaman 22-23

[8] Dra. Ninik Widiyanti, YW. Sunindhia,SH., Kepemimpinan dalam Masyarakat Modern, Bina Aksara, Jakarta, 1988, halaman 29

[9] Drs.Moekijat,Prinsip-prinsip Administrasi, Manajemen dan Kepemimpinan, Alumni, bandung, 1980, halaman 234

[10] opcit, halaman 8

[11] Drs.Onong Uchjana Effendy, MA, Kepemimpinan dalam Komunikasi, Alumni , Bandung, halaman 28

[12] opcit, halaman 8-9

[13] Ibid, halaman 9

[14] Opcit, halaman 32-33

[15] Opcit, halaman 10

[16] Ibid, halaman 11

[17] opcit, halaman 38 - 40

[18] Opcit, halaman 12

[19] Opcit, halaman 247

[20] Opcit, halaman 3

[21] Opcit, halaman 23

[22] Opcit, halaman 26

[23] Opcit, halaman 21

[24] Opcit, halaman 195

[25] Opcit, halaman 216

[26] Opcit, halaman 87

Tidak ada komentar: