03 Februari 2008

PENGERTIAN ILMU PENDIDIKAN

PENGERTIAN ILMU PENDIDIKAN

Oleh H.Munadi Sutera Ali

Untuk memahami apa yang dimaksud dengan ilmu pendidikan, maka dalam pembahasan ini akan diutarakan pemahaman konsep tentang ilmu, pendidikan dan ilmu pendidikan.

A. Ilmu

Imam Al Jurjani memberikan beberapa defenisi tentang ilmu, yakni (1)Ilmu adalah kesimpulan yang pasti yang sesuai dengan keadaan sesuatu; (2) Ilmu adalah menetapkan ide (gambaran) tentang sesuatu dalam jiwa atau akal seseorang; (3)Ilmu adalah sampainya jiwa kepada hakekat sesuatu. [1]

Pengertian di atas merujuk pada tiga keadaan yang berbeda, pertama Ilmu adalah kesimpulan yang pasti yang sesuai dengan keadaan sesuatu, merujuk kepada hasil kerja berdasarkan kerangka tata cara perolehan ilmu itu sendiri, kedua Ilmu adalah menetapkan ide (gambaran) tentang sesuatu dalam jiwa atau akal seseorang, adalah merujuk kepada wujud perilaku yang berdasarkan konsep keilmuan yang dimiliki oleh orang perorangan, ke tiga Ilmu adalah sampainya jiwa kepada hakekat sesuatu, adalah efek akhir dari sebuah ilmu, yakni berupa kestabilan jiwa dalam memutuskan sesuatu sebagai sesuatu hal yang dianggap benar.

Sehubungan dengan defenisi yang pertama bahwa Ilmu adalah kesimpulan yang pasti yang sesuai dengan keadaan sesuatu, merujuk kepada hasil kerja berdasarkan kerangka tata cara perolehan ilmu itu sendiri, diistilahkan dengan Ilmu Pengetahuan atau Sains. Secara lengkap isi ilmu (dalam pengertian ini) adalah (1) teori, (2) penjelasan tentang teori itu, dan (3) data yang mendukung penjelasan itu.[2]

Dalam menjelaskan Ilmu ini Dr. Ahmad Tafsir memilah pengetahuan manusia yang sering merancukan pemahaman tentang ilmu itu sendiri, menjadi tiga jenis pengetahuan, pertama Sains dengan objek empiris, cara memperolehnya dengan riset, potensi yang digunakan adalah akal dan indera serta ukuran kebenaran adalah logis dan empiris, kedua Filsafat dengan objek abstrak logis, cara memperolehnya dengan berfikir logis, potensi yang digunakan adalah akal dan ukuran kebenaran adalah kelogisan argumen, Ketiga Mistik dengan objek abstrak supra logis, cara memperolehnya dengan latihan meyakini, potensi yang digunakan adalah hati/ rasa serta ukuran kebenaran adalah keyakinan/ pengalaman batin.[3]

Suatu pengetahuan dapat dikatakan ilmiah atau sebagai suatu ilmu pengetahuan/ sains, apabila pengetahuan itu memiliki empat syarat, yaitu :

  1. Obyektif
  2. Metodik
  3. Sistematik
  4. Berlaku umum [4]

Jadi yang dikehendaki dengan ilmu (Sains) adalah sejenis pengetahuan manusia yang diperoleh dengan riset terhadap objek-objek empiris, dengan kebenarannya dapat diuji dari dua sisi, pertama logis tidaknya argumen yang menjadi dasar keputusan yang dianggap sebagai suatu kebenaran, dan kedua ada tidaknya bukti empirik yang mendukung/ menjadi dasar keputusan itu.

B. Pendidikan

Manakala manusia hidup dan ingin mengupayakan bagaimana kehidupan yang lebih baik, maka manusia akan senantiasa membicarakan mengenai masalah pendidikan.

Cita-cita untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik , telah mampu mengantarkan manusia menciptakan berbagai macam jalan yang semakin lama, semakin maju, dan canggih untuk mencari makna dari nilai-nilai luhur yang dicita-citakan itu. Namun kenyataannya, manusia belum pernah memperoleh jawaban yang pasti kapan kehidupan yang lebih baik yang dicita-citakan itu ujungnya, yang ternyata kehidupan yang lebih baik itu terus bergeser dan bertambah lingkupnya, berbanding lurus dengan upaya yang dilakukan manusia tadi. Maka jadilah manusia (sepanjang adanya) senantiasa berada di dalam selalu proses ‘yang terus menerus’ menuju kehidupan yang lebih baik yang dicita-citakannya.

Dengan dibekalinya paling tidak tiga potensi yang dibawa oleh manusia sejak lahir, yaitu pertama potensi konstruksi jasmaniah yang lengkap dengan alat indrawinya, kedua potensi rohaniah dengan berbagai dimensi yang ada di dalamnya (akal – perasaan – kehendak ) dan ketiga potensi alam lingkungan yang telah lebih dahulu diadakan, jauh sebelum manusia dilahirkan, maka memang manusia memungkinkan untuk berupaya mencapai kehidupan yang lebih baik tadi.

Manakala manusia senantiasa mencita-citakan ingin menuju kehidupan yang lebih baik,
maka manusia pun akan senantiasa berada dalam sebuah proses pendidikan, sebab

manusia harus senantiasa belajar dan belajar, yang juga berbanding lurus dengan upaya

pencapaian kehidupan yang lebih baik yang dicita-citakan tadi.

Karenanya upaya dalam ‘pendidikan’ secara sederhana dapat dimaknakan sebagai upaya untuk mencapai kehidupan yang lebih baik; upaya untuk membina peradaban yang lebih maju; upaya membina kepribadian; atau upaya untuk melestarikan kehidupan.

Untuk memperjelas apa yang dimaksud dengan pendidikan itu sendiri, maka akan dikemukakan beberapa definisi yang dikemukakan beberapa tokoh pendidikan, antara lain :

  1. Pengertian secara etemologis

Istilah pendidikan dalam bahasa Inggris dikenal istilah ‘pedagogy’ dalam arti sempit dan dalam arti luas dapat dimaknakan dengan “Education” yang dikemukakan Carter V.Good, yang diterjemahkan sbb. : Pedagogy (pendidikan) adalah (1) seni, praktek atau profesi sebagai pengajar; (2) Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan peserta didik; dalam arti luas digantikan dengan istilah education (pendidikan) [5], yang berarti (1) proses perkembangan pribadi; (2). Proses sosial; (3) profesional cources; (4). Seni untuk membuat dan memahami ilmu pengetahuan yang tersusun yang diwarisi/ dikembangkan masa lampau oleh tiap generasi bangsa. [6]

Dalam kata bahasa arab ‘pendidikan’ dapat disamakan dengan kata ‘tarbiyah’ berasal dari kata (1) rabaa-yarbaw, yang berarti tumbuh dan bertambah atau berkembang; (2) rabiya-yarbaa, yang berarti tumbuh dan menjadi besar atau dewasa; (3) rabba-yarubbu, yang berarti memperbaiki, mengatur, mengurus, mendidik.[7] Dan kata Rabb yang berarti Tuhan, juga mempunyai arti yang sama dengan kata tarbiyah, yaitu menyampaikan sesuatu kepada keadaannya yang sempurna secara bertahap dan berangsur-angsur atau menumbuhkembangkan sesuatu secara bertahap dan berangsur-angsur sampai mencapai tahap kesempurnaannya. Disamping itu, kata rabba (sebagai kata dasar tarbiyah) juga mempunyai pengertian “menumbuhkembangkan potensi bawaan seseorang, baik potensi fisik (jasmaniah), akal(pikiran) maupun potensi akhlak (perbuatan dan perilaku).[8]

  1. Pengertian secara terminologis

Ada beberapa pengertian pendidikan secara terminologis yang akan dikemukakan berikut ini, yang dari pengertian-pengertian itu diharapkan kita akan dapat kejelasan bahwa pendidikan bukan hanya sekedar transfer pengetahuan saja, tapi juga menyangkut upaya transfer keterampilan dan tata nilai, transfer budaya dan peradaban manusia dan bahkan jauh lebih luas dan komplek lagi.

    1. M.J.Langeveld

Pendidikan diartikan sebagai … pemberian bimbingan dan pertolongan rohani dari orang dewasa kepada mereka yang masih memerlukannya.[9]

    1. Crow & Crow

Pendidikan adalah proses pengalaman yang memberikan pengertian, pandangan (insight) dan penyesuaian bagi seseorang yang menyebabkan ia berkembang.[10]

    1. Cryns

Pendidikan ialah pertolongan yang diberikan oleh siapa yang bertanggungjawab atas pertumbuhan anak untuk membawanya ke tingkat dewasa.[11]

    1. John Dewey

Pendidikan adalah suatu proses pengalaman.[12]

    1. Ki Hajar Dewantara

Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin; karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak untuk memajukan kehidupan anak didik selaras dengan dunianya.[13]

    1. Driyarkara

Pendidikan adalah upaya manusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia ke taraf insani itulah yang disebut mendidik. Pendidikan ialah pemanusiaan manusia muda.[14]

    1. Amir Daien Indra Kusuma

Pendidikan ialah suatu usaha yang sadar yang teratur dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan.[15]

    1. GBHN 1973

Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. [16]

    1. Rumusan Konferensi Pendidikan Islam Jeddah

Pendidikan dalam konteks Islam dalam arti dan ruang lingkup yang luas, mencakup di dalamnya secara terpadu konsep-konsep tarbiyah, taklim dan ta’dib [17]

Dari berbagai defenisi tadi dapat dikemukakan kesimpulan, bahwa dalam pengertian pendidikan terkandung di beberapa unsur, yaitu :

a. Adanya tujuan yang menjadi pedoman arah dalam proses

b. Upaya yang dilakukan harus secara sadar, berencana dan sistematis

c. Adanya penanggung jawab proses

d. Adanya peserta didik

e. Mencakup transfer pengetahuan, keterampilan dan atau nilai sikap.

C. Ilmu Pendidikan

Ilmu pendidikan sebagai suatu ilmu yang berisikan teori-teori tentang upaya bimbingan dan bantuan yang diberikan kepada peserta didik agar dia dapat berkembang secara maksimal ke arah tujuan yang ditetapkan, baru dapat dikatakan sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri, atau disebut Ilmu Pengetahuan ( Sains ), apabila sebagaimana dikemukakan di atas, memenuhi 4 syarat, yaitu : (1) Objektif; (2) Metodis; (3) Sistematik dan (4) Berlaku Umum (universal).

Untuk membuktikan bahwa Ilmu Pendidikan dapat dianggap sebagai suatu Ilmu Pengetahuan atau Sains, maka keempat persyaratan sebagai suatu ilmu pengetahuan tersebut akan diuraikan berikut ini :

1. Objektif

Objektif maksudnya Ilmu Pengetahuan harus sesuai dengan objek dan dapat dibuktikan secara empiris, artinya Ilmu Pengetahuan harus memiliki objek yang jelas.

Ilmu Pendidikan sebagai suatu Ilmu Pengetahuan (Sains) memiliki objek yang jelas, dapat dibedakan menjadi :

a. Objek Material

Objek Material atau bahan/ yang masalah yang menjadi pembicaraan pokok dari Ilmu Pendidikan adalah manusia. [18]

b. Objek Formal

Objek formal atau sudut tinjauan dari penyelidikan dari ilmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan adalah ‘usaha untuk membentuk anak menjadi manusia beradab’ [19]

Yang membedakan suatu Ilmu pengetahuan dengan ilmu pengetahuan adalah objek formal dari ilmu pengetahuan itu, karenanya objek formal suatu ilmu pengetahuan dengan ilmu pengetahuan lainnya senantiasa tidak sama (berbeda), walau pun objek materialnya kadangkala sama. Kalau objek formalnya sama, ini berarti bahwa ilmu pengetahuan tersebut hanya satu, justeru perbedaan objek formal itulah yang akan menjadikan perbedaan pembahasan yang melahirkan teori-teori pengetahuan yang berbeda dengan lainnya.

Jadi ditinjau dari kejelasan objeknya, ilmu pendidikan memang dapat dianggap sebagai suatu ilmu pengetahuan ( sains ).

2. Metodis

Metodis maksudnya bahwa dalam mengadakan penyelidikan untuk mendapatkan suatu keputusan ilmiah sebagai sebuah kebenaran, suatu ilmu pengetahuan menggunakan cara-cara atau metode-metode ilmiah; metode-metode yang dapat dikontrol dan dibuktikan kebenarannya.

Dalam mengadakan penyelidikan-penyelidikan, ilmu pendidikan menggunakan metode-metode ilmiah, diantaranya ialah : Metode observasi, metode angket, metode eksprment dan juga metode testing [20]

Metode-metode empirik lainnya tetap akan dapat dan senantiasa digunakan dalam penyelidikan-penyelidikan untuk mendapatkan suatu keputusan ilmiah dalam ilmu pendidikan, sesuai dengan permasalahan dan data primer yang diselidiki.

Jadi ditinjau dari kejelasan matode kerjanyanya, ilmu pendidikan memang dapat dianggap sebagai suatu ilmu pengetahuan ( Sains ), karena ilmu pendidikan senantiasa menggunakan metode empiris dalam penyelidikannya.

3. Sistematis

Sistematis maksudnya pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu sistem, di dalamnya punya bagian-bagian yang integral; saling berkaitan; saling menopang dan menjelaskan, sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh.

Sistematika ilmu pengetahuan sangat tergantung kepada subjek penyusun ilmu itu sendiri, dalam menguraikan suatu masalah dalam ilmu itu, tapi tetap dalam koridor bahwa ilmu pengetahuan itu harus tersusun berdasarkan tata urutan tertentu, yang disebut dengan sistematika ilmu itu sendiri.

Dr. Ahmad Tafsir menguraikan [21] bahwa paling tidak ada 63 masalah (3 aspek x 3 lembaga x 7 masalah ) yang dibicara dalam pendidikan, dimana beliau menggambarkan ada tiga aspek pendidikan, yang meliputi (1) jasmani; (2) akal dan 3 (hati), yang dilaksanakan pada masing-masing lembaga pendidikan, yaitu (1) keluarga; (2) masyarakat dan (3) sekolah. Setiap lembaga pendidikan tersebut, paling sekurang-kurangnya membicarakan hal-hal berikut : (1) tujuan; (2) pendidikan; (3) anak didik; (4) bahan; (5) metode; (6) alat; dan (7) evaluasi.

Dari sekian banyak masalah itu sebagai contoh, maka dalam menyusun ilmu pendidikan, setiap penyusun sangat bergantung dengan jalan pikiran serta kecenderungan yang menjadi arah pandang si penyusun.

Jadi dengan demikian, ditinjau dari sistematikanya, ilmu pendidikan memang dapat dianggap sebagai suatu ilmu pengetahuan ( Sains ), karena ilmu pendidikan senantiasa disusun dengan sistematika yang teratur dan integral.

4. Berlaku Umum (Universal)

Berlaku Umum (Universal) maksudnya bahwa ilmu pengetahuan tidak hanya dapat diamati dan berlaku oleh dan untuk orang perorang saja, tetapi berlaku dan dapat diamati oleh semua orang, asal dengan tata cara kerja ilmiah dan metodologi yang sama akan memperoleh kebenaran yang sama atau konsisten.

Perolehan teori-teori kependidikan yang dirumuskan dalam ilmu pendidikan, hasil kerja dengan tata cara dan metode ilmiah, karenanya apa yang didapatkan berlaku umum dan dapat diamati oleh siapa saja, asal dengan tatacara dan metodologi yang sama semua orang akan mendapatkan hasil yang konsisten dengan apa yang dihasilkan dengan tatacara dan metodologi yang sama.

Dengan demikian, ditinjau dari keuniversalannya, ilmu pendidikan memang dapat dianggap sebagai suatu ilmu pengetahuan ( Sains ), karena ilmu pendidikan merupakan kumpulan teori kependidikan yang senantiasa diperoleh dengan tatacara dan metodologi ilmiah, yang memungkinkan semua orang untuk melakukannya.

Dari uraian ini, dapatlah dimengerti bahwa Ilmu pendidikan sebagai suatu ilmu yang berisikan teori-teori tentang upaya bimbingan dan bantuan yang diberikan kepada peserta didik agar dia dapat berkembang secara maksimal ke arah tujuan yang ditetapkan, memang dapat dikatakan sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri, atau disebut Ilmu Pengetahuan ( Sains ), karena telah memenuhi semua kriteria ilmu pengetahuan (sains) yang otonom, baik dari segi objektivitasnya, metodologinya, sistematikanya maupun keuniversalannya.

DAFTAR BACAAN

Abdurrahman An Nahlawi, Ushul al Tarbiyah al islamiyah wa asalabuha, Darr al Fikr, Damaskus, 1988

Al Jurjani, al Ta’rifat, darr el Tunisiyah, Tunisia, tt.

Carter V Good, Dictionary of Education, New York, Mc.Graw Hill Book Company, 1959

Dr.Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1992

Drs.Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1973

Drs.Wasty Soemanto,dkk., Dasar & Teori Pendidikan Dunia; tantangan bagi Pemimpin Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1982

Mu’jam al Wasith, Mathba Angkasa, Jakarta, tt., halaman 326

Sayyed Muhammad al Naquib Al Attas, Aims and Objectives of Islamic Education, King Abdul Azis University, Jeddah, 1978

Sumbawi Ranu Pandoyo, Ilmu Alamiah Dasar, Usaha Nasional, Surabaya, 1987


[1] Al Jurjani, al Ta’rifat, darr el Tunisiyah, Tunisia, tt., halaman 82

[2] Dr.Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1992, halaman 12

[3] Dr.Ahmad Tafsir, ibid, halaman 14-15

[4] Sumbawi Ranu Pandoyo, Ilmu Alamiah Dasar, Usaha Nasional, Surabaya, 1987, halaman 18

[5] Carter V Good, Dictionary of Education, New York, Mc.Graw Hill Book Company, 1959, halaman 387

[6] Carter V Good, ibid, halaman 387

[7] Abdurrahman An Nahlawi, Ushul al Tarbiyah al islamiyah wa asalabuha, Darr al Fikr, Damaskus, 1988, halaman 12-13.

[8] Mu’jam al Wasith, Mathba Angkasa, Jakarta, tt., halaman 326

[9] Drs.Wasty Soemanto,dkk., Dasar & Teori Pendidikan Dunia; tantangan bagi Pemimpin Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1982, halaman 10

[10] Ibid, halaman 10

[11] Ibid, halaman 10

[12] Ibid, halaman 11

[13] Ibid, halaman 11

[14] Drs.H.fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta,Jakarta, 1997, halaman 4

[15] Drs.Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1973, halaman 27

[16] Drs.H.fuad Ihsan, Ibid, halaman 5

[17] Sayyed Muhammad al Naquib Al Attas, Aims and Objectives of Islamic Education, King Abdul Azis University, Jeddah, 1978, halaman 157

[18] Drs.Amir Daien Indrakusuma, opcit, halaman 15

[19] Ibid, halaman 16

[20] Ibid, halaman 17

[21] Dr.Ahmad Tafsir, opcit , halaman 32-33

Tidak ada komentar: