25 November 2008

KONSEP KURIKULUM

KONSEP KURIKULUM
A. PENGERTIAN KURIKULUM
Kata kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu Curriculum, bentuk jamak dari curicula yang berarti tempat lari (curere=berlari), yang dipakai dalam lomba pacuan kuda, marathon, dsb.
Dalam perkembangan selanjutnya istilah kurikulum dipakai dalam dunia pendidikan, dimana pengertiannya dapat kelompokkan kedalam 2 versi pengertian :
1. Pengertian Tradisional
a. Dalam Webster’s New Word Dictionary, dikemukakan :
“ All the courses of study given in an educational institution”
b. Dalam buku Modern Elementary, dikemukakan :
“ The subjects matters taught in school, or the course of studi “
c. Curriculum Planing For Better Teaching and Learning, dikemukakan
“ The Curriculum is frequently considered to be those things we wish children to learn in school”
d. Dalam Webster’s International Dictionary, dikemukakan :
“ a specified fixed course of study, as in a school or College, as one leading to a degree”
Dari beberapa pengertian di atas dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kurikulum menurut pengertian tradisional, adalah “sejumlah mata pelajaran atau ilmu pengetahuan yang harus ditempuh /dipelajari/ dikuasai oleh peserta didik untuk mencapai suatu tingkat tertentu atau Ijazah”.
2. Pengertian Modern
a. Dalam buku Re organizing the High School Curriculum, dikemukakan :
“ All of activities that are provide for student by the shool contitute”
b. Dalam buku The Emerging High Curriculum, dikemukakan :
“ The Curriculum is looked upon as being composed of all the actual expriences pupils have under school direction, writing a course of study becomes but small part of curriculum program“
c. Dalam buku Curriculum Planing For Better Teaching and Learning, dikemukakan :
“ The Curriculum is the sum total of the school’s effort to influence learning whether in the class room”
d. Dalam buku Building The High School Curriculum, disebutkan :
“ Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities and experiences wich pupils have under the direction of the school, wether in the clas room or not “
e. Dalam Buku “ Azas-azas Kurikulum, dikemukakan :
“ Semua kegiatan atau pengalaman belajar murid di bawah tanggung jawab sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan”
Dari beberapa pengertian di atas dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kurikulum menurut pengertian Modern, adalah “Sejumlah mata pelajaran, kegiatan, pengalaman,kondisi dan situasi yang direncanakan di dalam sekolah( baik di dalam atau di luar kelas ) serta harus dilalui oleh peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan”.
B. PERANAN KURIKULUM
Sebagai repleksi dari kebudayaan , kurikulum sebagaimana kurikulum Mata Pelajaran lainnya mempunyai peranan, sbb. :
1. Peranan Konservatif
Kurikulum mempunyai tanggung jawab terhadap kelestarian budaya (menafsirkan dan mewariskan nilai-nilai dasar budaya, yang kalau masyarakatnya agamis, maka nilai yang mendasarinya pun berdasarkan ajaran agama ) melalui pembinaan prilaku peserta didik di mana kurikulum itu diterapkan.
2. Peranan Kreatif
Kurikulum harus mampu mendesain/mendorong/ melakukan kegiatan kreatif dan konstruktif terhadap pengalaman belajar yang bersumber dari norma-norma (MP.PAI bersumber dari ajaran agama Islam) dan kehidupan kemasyarakatan, seperti unsur lapisan sosial, pengelompokan sosial, sistem kelembagaan sosial, maupun nilai-nilai yang berkembang di tengah masyarakat, dalam bentuk mata pelajaran PAI yang akan disajikan kepada peserta didik, untuk menjadikan peserta didik sebagai anggota masyarakat yang agamis dan berbudaya.
3. Peranan Kritis dan Evaluatif
Kurikulum harus punya peran sebagai kontrol sosial dengan menekankan pada unsur berfikir kritis terhadap budaya yang ada dan akan diwariskan, dimana yang sesuai dengan perkembangan zaman diakomodir dan tidak sesuai tidak diakomodir dalam bentuk Mata Pelajaran, yang diharapkan mampu membentuk integritas pribadi peserta didik dengan kehidupan nyata di masyarakat.
C. FUNGSI KURIKULUM
Dilihat dari sudut kurikulum sebagai Konsep ideal atau yang dicita-citakan, memiliki fungsi sebagaimana diungkapkan Alexander Inglis dalam The Principles of Secondary Education, adalah (1) The Adjustive of adavtive function, (2) The Integrating Function, (3). The differentiating function,(4) The Prapaedatic function, (5). The Selective Function, (6) The Diagnostic Function.
4. Fungsi Penyesuaian (The Adjustive of adavtive function )
Kurikulum harus mampu menata ajaran agama dan keadaan masyarakat yang selalu dinamis untuk dibawa ke lingkungan sekolah sebagai objek pembelajaran peserta didik, agar nantinya peserta didik dapat mengamalkan ajaran agama di masyarakat dan mengadaptasikan diri mereka secara menyeluruh dalam lingkungan kehidupan mereka.
5. Fungsi Pengintegrasian(The Integrating Function )
Kurikulum harus dapat menyiapkan pengalaman belajar bagi peserta didik yang mengacu kearah pengintegrasian peserta didik dengan norma-norma dan realitas kehidupan yang ada di masyarakat, agar manakala peserta didik terjun ke masyarakat mereka dapat berintegrasi(memadukan diri) dengan masyarakatnya dalam mengamalkan ajaran agama yang diterimanya.
6. Fungsi Deferensiasi(The differentiating function )
Kurikulum harus mampu melayani pengembangan potensi-potensi peserta didik yang pada dasarnya selalu memiliki perbedan antar mereka, sehingga semua potensi peserta didik dapat dikembangkan ke arah yang dapat dimanfaatkannya dikehidupan mereka selanjutnya.
7. Fungsi Pernyiapan(The Prapaedatic function)
Kurikulum harus mampu memberikan bekal bagi peningkatan Ilmu Pengetahuan peserta didik ke jenjang yang lebih tinggi/ mendalam dan memberikan bekal pegangan hidup bagi peserta didik dalam kehidupannya di masyarakat.
8. Fungsi Seleksi/ Pemilihan(The Selective Function )
Kurikulum harus mampu menyiapkan program yang sesuai dengan bakat dan minat peserta didik, sehingga peserta didik dapat memilih program sesuai dengan bakat dan minatnya.
9. Fungsi Diagnostik(The Diagnostic Function)
Kurikulum harus mampu memahami bakat dan minat peserta didik, dengan upaya pelayanan dimana peserta didik mampu memahami dirinya, mengarahkan dirinya, mengembangkan dirinya dan pada gilirannya mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupannya.
Sedangkan kurikulum ditinjau dari sudut aktuaisasinya bagi lingkup sekolah , maka dapat ditinjau dari 3 segi seperti yang dikemukakan oleh Winarno Surachmad dalam Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum,yaitu Fungsi bagi sekolah yang bersangkutan, fungsi bagi sekolah pada tingkat di atasnya dan fungsi bagi masyarakat.
1. Fungsi Bagi Sekolah Yang Bersangkutan
Disini kurikulum harus dapat dijadikan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan sebagai acuan mengatur kegiatan yang dilaksanakan di sekolah mengarah kepada pencapaian tujuan pendidikan di sekolah itu.
2. Fungsi Bagi Sekolah pada tingkat Diatasnya
Kurikulum harus mampu memelihara keseimbangan dan kontinuitas program pendidikannya, ia harus dapat menyesuaika diri atau menjadi dasar acuan kelanjutan program pendidikan bagi sekolah yang setingkat berada di atasnya
3. Fungsi Bagi Masyarakat
Kurikulum harus mampu mencerminkan segala kebutuhan masyarakat, agar peserta didik dengan disiplin ilmu dan profesi yang didapatnya, dia dapat diterima di tengah masyarakat
Dalam lingkup kerangka sistem Administrasi pendidikan yang lebih luas, maka kurikulum dapat berfungsi sebagaimana yang dikemukakan oleh Drs. H.Murjani dalam “Tinjauan Administrasi Pendidikan tentang Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum.”, yaitu “(1)Fungsi Kurikulum dalam rangka mencapai Tujuan Pendidikan, (2) Fungsi Kurikulum bagi murid/ siswa, (3) Fungsi Kurikulum bagi guru, (4) Fungsi Kurikulum bagi Kepala Sekolah dan Pembina Sekolah, (5) Fungsi Kurikulum bagi orang tua murid, (6) Fungsi Kurikulum bagi Sekolah pada Tingkat di atasnya, (7) Fungsi Kurikulum Bagi Masyarakat Pemakai Lulusan.”
1. Fungsi Kurikulum dalam rangka mencapai Tujuan Pendidikan
Sebagai mana di atas di jelaskan, kurikulum harus dapat dijadikan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam semua aktifitas di suatu sekolah yang mengarah kepada tercapainya tujuan Institusional sekolah itu, dimana tujuan institusi tersebut sedemikian rupa dikembangkan dari Tujuan Pendidikan Nasional yang juga dikembangkan dari Tujuan Nasional. Maka pada hakekatnya kurikulum secara herarchis harus mampu mencapai tujuan pendidikan nasional dan tujuan nasional.
2. Fungsi Kurikulum bagi murid/ siswa
Kurikulum harus mampu memberikan bekal bagi para peserta didik untuk hidup di tengah masyarakat dan atau mendalami/ melanjutkan studi keilmuan mereka ke jenjang yang lebih tinggi.
3. Fungsi Kurikulum bagi guru
Bagi guru sebagai tenaga kependidikan utama di sekolah, kurikulum harus mampu menjadi :
a. Pedoman dalam merencanakan dan melaksanakan tugas mendidik~melatih dan Mengajar, dalam bentuk penyusunan dan pengorganisasian pengalaman belajar yang akan disajikan kepada peserta didik.
b. Pedoman dalam merencanakan dan melakukan evaluasi terhadap perkembangan daya serap peserta didik terhadap pengalaman belajar yang telah disajikan kepada mereka.
4. Fungsi Kurikulum bagi Kepala Sekolah dan Pembina Sekolah
Kurikulum harus dapat dijadikan pedoman dalam melakukan tugas-tugas sebagai administrator/ Manager (merencanakan, melaksanakan, mengontrol, mengevaluasi kegiatan pendidikan dan pengajaran ) dan supervisor (pengawasan dan bimbingan perencanaan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran) dalam rangka memaksimalkan pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah tersebut.
5. Fungsi Kurikulum bagi orang tua murid
Kurikulum harus dapat dijadikan acuan peran partisipatif orang tua dalam rangka memajukan pendidikan dan pengajaran bagi anak-anaknya yang menjadi peserta didik di suatu sekolah. Peran aktif tadi bisa dilakukan mereka seperti dalam musyawarah kependidikan sekolah, memberi saran dan masukan bagi pengembangan Visi ~ Misi ~ Mutu pendidikan dan pengajaran, menjadi konsursium pendanaan dan penyedia fasilitas sekolah, atau membantu tenaga/ pikiran/ dana lewat organisasi BP 3 sekolah
6. Fungsi Kurikulum bagi Sekolah pada Tingkat di atasnya
Sebagaimana dikemukakan di atas, Kurikulum harus mampu memelihara keseimbangan dan kontinuitas program pendidikannya, ia harus dapat menyesuaikan diri atau menjadi dasar acuan kelanjutan program pendidikan bagi sekolah yang setingkat berada di atasnya
7. Fungsi Kurikulum Bagi Masyarakat Pemakai Lulusan
Juga sebagaimana dkemukakan diatas, kurikulum harus mampu mencerminkan segala kebutuhan masyarakat, agar peserta didik dengan disiplin ilmu dan profesi yang didapatnya, dia dapat diterima di tengah masyarakat.
Kaitannya dengan hal tersebut, paling tidak ada 2 hal yang harus dilakukan masyarakat :
a. Ikut memberikan masukan/ kritik konstruktif bagi perencanaan dan pelaksanaan serta peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran di sekolah
b. Ikut membantu penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di sekolah yang membutuhkan kerjasama yang produktif dengan masyarakat, bagi pencapaian visi, misi dan mutu sekolah tersebut.
D. MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
Model konsep dan pengembangan kurikulum adalah suatu konstruksi dasar sebuah kurikulum , yang merupakan lambang acuan teoritik dalam melakukan pengembangan sebuah kurikulum.
Berikut dikemukakan beberapa model kurikulum, yang sering dijadikan acuan dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
a. Model Kurikulum Roger
1. Model I
Model ini menggambarkan bahwa kegiatan pendidikan semata-mata terdiri atas kegiatan memberikan informasi (isi pelajaran/Materi Pelajaran) dan ujian (Evaluasi), maka kurikulum pun dikembangkan mengacu kepada dua hal tersebut.
Dari model ini, akan dapat dimunculkan 2 pertanyaan pokok, yaitu :
a) Apa yang saya ajarkan ?
b) Bagaimana hasil pengajaran saya ?
2. Model II
Model ini merupakan penyempurnaan dari model I, dimana dalam pengembangannya disamping pengembangan materi dan evaluasi juga dipikirkan pemilihan metode dan penyusunan organisasi bahan pelajaran secara sistematis.
Dari model ini, akan muncul empat pertanyaan pokok bagi seorang pengajar, yaitu :
a) Apa yang saya ajarkan ?
b) Bagaimana hasil pengajaran saya ?
c) Bagaimana saya mengajar ?
d) Bagaimana organisasi bahan yang akan saya ajarkan ?
3. Model III
Model ketiga merupakan penyempurnaan model II, yaitu dengan memasukkan unsur teknologi pendidikan, dimana dalam mengembangkan sebuah kurikulum disamping pengembangan materi dan evaluasi juga dipikirkan pemilihan metode dan penyusunan organisasi bahan pelajaran secara sistematis serta penggunaan teknologi yang tepat digunakan dalam penyampaian materi tersebut.
4. Model IV
Model keempat merupakan penyempurnaan model III, yaitu dengan memasukkan unsur Tujuan pendidikan, dimana Tujuan merupakan arah utama dalam mengembangkan sebuah kurikulum baik dalam pengembangan materi , evaluasi , pemilihan metode dan penyusunan organisasi bahan pelajaran serta penggunaan teknologi yang tepat digunakan dalam penyampaian materi tersebut.
b. Model Pengembangan Kurikulum Robert S. Zais
Model pengembangan kurikulum Rpbert S.Zais ini sering disebut model administratif atau model garis dan staf atau bisa juga disebut model dari bawah ke atas.
Disebut demikian karena dalam pengembangannya, sbb. :
1. Pejabat pendidikan yang berwenang membentuk panitia pengarah
2. Panitia pengarah merencanakan, mengarahkan dan menyiapkan rumusan falsafah dan tujuan umum pendidikan ( terdir dari pengawas, kepala sekolah dan guru inti )
3. Panitia pengarah membentuk Panitia kerja yang terdi dari staf pengajar dan ahli kurikulum.
4. Komisi-komisi dari panitia kerja melakukan uji coba.
5. Hasil uji coba dievaluasi oleh panitia pengarah untuk kemudian diuji cobakan lagi, baru diputuskan untuk dilaksanakan
c. Model Pengembangan Kurikulum Gree – Roots
Pengembangan model kurikulum ini ingin dilakukan secara demokratis, yaitu berawal dari bawah, sbb. :
1. Inisiatif rancangan kurikulum datang dari bawah ( dari pelaksana dilapangan )
2. Diarahkan para administrator
3. Diseminarkan/ dilokakaryakan dengan melibatkan semua pihak
4. Baru dilaksanakan hasilnya.
d. Model Pengembangan Kurikulum G.A.Beauchamp
Berdasarkan model ini, ada 5 langkah pokok dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
1. Penentuan arena pengembangan ( kelas, sekolah, kawasan pemakai regeonal atau nasional )
2. Menentukan para pengembang (specialis kurikulum, wakil kelompok profesional dan wakil masyarakat umum )
3. Menentukan prosedur perencanaan kurikulum dan membentuk dewan kurikulum yang bertugas menyusun kurikulum
4. Melaksanakan kurikulum di sekolah
5. Melakukan penilaian terhadap kurikulum yang dilaksanakan
e. Model Pengembangan Kuikulum terbalik Hilda Taba
Berdasarkan model ini, ada 5 langkah pokok dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
1. Menyusun unit – unit kurikulum
2. Uji coba kurikulum oleh staf pengajar
3. Menganalisis dan merevisi hasil uji coba
4. Menyusun kerangka kerja teoritis
5. Menyusun kurikulum secara menyeluruh
E. TINGKAT/ JENIS KURIKULUM
10. Tingkat Kurikulum
Tingkatan kurikulum dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Kurikulum Tingkat Institusi
Kurikulum Tingkat Institusi adalah kurikulum yang harus dipedomani dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran secara umum di suatu sekolah.
Kurikulum Tingkat Institusi ( lembaga ) ini dikenal dengan Buku I Tingkat Lembaga, yang biasanya memuat Tujuan Umum dan Khusus suatu lembaga, Ruang Lingkup dan Jabaran Mata Pelajaran yang harus diajarkan pada suatu lembaga berikut dengan alokasi waktu per mata pelajaran tersebut.
Kurikulum Tingkat Lembaga ini biasanya juga dilengkapi dengan pedoman umum penyelenggaraan kegiatan, seperti pedoman administrasi ( sekolah dan guru ), pedoman evaluasi, dll.
b. Kurikulum Tingkat Mata Pelajaran
Kurikulum Tingkat Mata Pelajaran dikenal dengan GBPP ( garis-garis Besar Program Pengajaran ) atau Syllabus atau Kurikulum Mata Pelajaran.
Kurikulum pada tringkat ini, memuat Pengertian, Tujuan, rambu-rambu dan Program pengajaran untuk MP tertentu.
Kurikulum pada tingkat ini biasanya juga ditunjang dengan pedoman strategi pembelajaran dan pedoman evaluasi program.
c. Kurikulum Tingkat Operasional
Kurikulum Tingkat Operasional adalah Lesson Plan ( Rencana Pelajaran) yang dibuat dan akan dilaksanakan oleh guru di dalam pertemuan tatap muka.
Hal yang minimal harus ada dalam sebuah Rencana Pelajaran adalah Tujuan Pembelajaran Khusus yang dikembangkan dari Tujuan Pembelajaran dalam GBPP, Uraian Materi Esiensial, Langkah PBM dan Alat Evaluasi.
Suatu rencana pelajaran, biasanya berdasarkan acuan Program dan Analisis Materi Pelajaran yang harus dibuat sebelumnya.
Untuk mengevaluasi apakah sebuah rencana sudah bagus atau bagaimana, maka Rencana Pelajaran pun harus dilengkapi dengan Analisis Hasil Ulangan Harian dan Program Tindak lanjutnya.
11. Jenis Kurikulum
Jenis kurikulum diperlukan untuk diketahui, sebab kurikulum yang telah dibuat tenaga ahli pendidikan yang sering disebut kurikulum ideal, harus dikaji, dianalisis dan dikembangkan lagi menjadi kurikulum aktual yang akan digunakan dalam proses pembelajaran peserta didik, yang tentunya harus berorientasi ketujuan yang ingin dicapai dan memperhatikan kematangan peserta didik dalam menerima dan mengembangkan potensi diri mereka, kesempatan yang diberikan dan faktor-faktor yang terkait dengan PBM, seperti ketersediaan alat, situasi dan kondisi, dan lain sebagainya.
Jenis-jenis kurikulum dapat kita lihat dari 2 segi, yaitu :
1. Wujudnya
Wujud kurikulum dapat dibedakan dalam 3 (tiga) jenis, yaitu :
a. Kurikulum Ideal (Ideal Curriculum), yaitu kurikulum yang dicita-citakan sebagai acuan tertulis dari penyelenggaraan pendidikan, seperti kurikulum Tingkat Institusi (Buku I) dan Kurikulum Tingkat Mata Pelajaran (GBPP).
b. Kurikulum Aktual (Actual Curriculum), yaitu aktualisasi / penerapan kurikulum yang dicita-citakan (kurikulum ideal) dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran peerta didik di sekolah.
Apa yang dapat terlaksana di lapangan dari kurikulum ideal, itulah kurikulum aktual.
Kurikulum aktual bisa sesuai atau hanya mendekati dengan harapan kurikulum ideal, hal ini tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sesuai atau tidaknya dengan tuntutan kurikulum, seperti kemampuan pelaksana, ketersediaan sarana prasarana, dll.
c. Kurikulum Tersembunyi (Hidden Curiculum), adalah semua kegiatan dan kondisi yang diciptakan di sekolah dan tidak tersurat dalam kurikulum ideal, namun direncanakan sedemikian rupa untuk membawa anak ke arah pencapaian Tujuan Pendidikan yang diharapkan oleh lembaga pendidikan itu.
Umpama sekolah mengadakan lomba-lomba keagamaan, untuk mengkristalkan pengamalan ajaran Islam dan sikap prilaku Islami di kalangan peserta didik, yang direncanakan sebagai upaya pencapaian salah satu tujuan pendidikan di sekolah itu, maka yang demikian dapat dikelompokkan dalam Hidden Curriculum ini.
2. Strukturnya :
Struktur kurikulum, adalah susunan program suatu kurikulum, yang mencakup dua segi yaitu susunan bahan dan sistem pelaksanaan.
Jika dilihat dari struktur ini, maka kurikulum dapat kita bedakan jenisnya, sebagai berikut :
a. Struktur Horisontal ( Struktur sajian bahan )
1. Kurikulum Mata Pelajaran Terpisah ( Subject Matter Centred Curriculum )
Kurikulum Mata Pelajaran terpisah ( Subject Matter Centred Curriculum ), adalah kurikulum yang menyajikan bahan pelajaran (Subject Matters) walaupun berhubungan, secara terpisah satu sama lain.
Kurikulum ini menyajikan bahan secara sistematis dan logis, berurutan yang sederhana ke yang lebih kompleks, seperti dari pengertian terus kebidang bahasan yang lebih luas.
Contoh Mata Pelajaran yang menggunakan kurikulum ini, seperti Ilmu Bumi, Ilmu Hayat, Nahwu, Sharaf, dll.
2. Kurikulum Korelatif (Correlated Curriculum)
Kurikulum Korelatif (Correlated Curriculum) adalah kurikulum yang mengharuskan adanya hubungan antara berbagai mata pelajaran, sehingga satu sama lainnya saling memperkuat dan saling melengkapi.
Korelasi itu sendiri dapat dilakukan, berupa :
a. Korelasi Okasional (insidental), yaitu korelasi yang dilakukan manakala ada hubungan antara Mata Pelajaran tertentu dengan Mata Peajaran lainnya, seperti Sejarah dengan Geografi, dll.
b. Korelasi Ethis, yaitui korelasi yang ditujukan untuk Pendidikan Akhlak/ Budi Pekerti, misalnya untuk MP. PAI maka di korelasikan dengan bahan ajar tata cara menerima tamu, menghormati guru, teman, dll.
c. Korelasi Sistematis, yaitu korelasi yang memang direncanakan sedemikian rupa oleh si pendidik. Dalam Pengajaran Biologi dibahas juga tentang tata cara memelihara kebun, dll.
d. Korelasi in formal, yaitu korelasi yang dilakukan dengan kerjasama bersama guru lain, misalnya Pengajar Aqidah akan turut membicarakan Al Qur’an Hadits dan Fekih, begitu juga pengajar Al Qur’an Hadits juga turut berbicara tentang SKI dan Akidah Akhlak, … dst.
e. Korelasi Formal, yaitu korelasi yang dilakukan oleh Team guru Mata Pelajaran yang berbeda secara bersama-sama dalam satu kesatuan. Misalnya Topik yang berkaitan dengan Akhlak Mahmudah, dibahas bersama oleh guru Akidah-akhlak, Guru Fekih, Guru Al Qur’an Hadits dan Guru SKI, untuk dibicarakan secara tuntas dalam satu kesatuan.
f. Korelasi Kelompok Mata Pelajaran, yaitu korelasi yang lebih cenderung ke arah peleburan dari berbagai mata pelajaran yang memiliki ciri-ciri yang sama, ke dalam satu Mata Pelajaran. Kurikulum yang mengkorelasikan kelompok Mata Pelajaran ini juga sering di sebut Kurikulum Kelompok Mata Pelajaran atau Curriculum Broad Field, misalnya Fisika + Kimia + Biologi, karena sama-sama berbicara tentang gejala alam, maka disatukan dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
3. Kurikulum Terpadu (Integrated Curriculum)
Kurikulum Kesatuan Mata Pelajaran (Integrated Curriculum), yaitu kurikulum yang memadukan beberapa mata pelajaran dengan tidak ada lagi batas-batas pemisahnya.
Bahan Pengajaran yang menggunakan kurikulum jenis ini, disajikan dalam bentuk unit.
Unit seperti yang dikemukakan oleh Hollis L Caswell, dalam Educational in The Elementary School, adalah “ …a series of related activities engaged in by children in the process of realizing a dominating purpose which compatible with the aims of education”
Ini berarti bahwa setiap unit anak melakukan serangkaian kegiatan yang semuanya bermakna bagi pencapaian tujuan yang diharapkan. Misalnya : Mata Pelajaran Nahwu, Mata Pelajaran Sharaf, Mata Pelajaran Muthalaah, Mata Pelajaran Muhadatsah, Mata Pelajaran Imla,Mata Pelajaran Insya dan Mata Pelajaran Khat dipadukan dalam satu kesatuan Bahasa Arab yang penyajiannya memakai unit-unit. Pada setiap unit terkandung materi Nahwu, Sharaf, Muthalaah, Muhadatsah, Imla, Insya dan Khat yang disusun sedemikian rupa dalam satu kesatuan yang padu.
4. Kurikulum Pengembangan Kegiatan (Deplopmental Activity Curriculum)
Kurikulum Pengembangan Kegiatan (Deplopmental Activity Curriculum), adalah kurikulum yang didasarkan atas tingkat perkembangan peserta didik.
Kurikulum ini artinya harus memperhatikan perbedaan perseorangan peserta didik yang antara lain meliputi kebutuhan, kebiasaan, masalah yang mereka hadapi dan pengalaman mereka.
Menurut Dr.Iskandar Wiryokusumo,M.Sc dalam “Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum”, hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan kurikulum ini, adalah :
1) Memberikan kegiatan tertentu dengan mempelajari pengalaman-pengalaman pada diri mereka
2) Memberikan media perkembangan keahlian ilmiah
3) Kurikulum ini harus berbentuk penyusunan fakta pengetahuan dasar yang sistematis
4) Kurikulum harus memberikan kesempatan serta bahan pada anak-anak untuk mengungkapkan yang kreatif pada salah satu bidang pengajaran.
5) Fungsi Kurikulum ini mampu mendewasakan anak-anak secara terintegrasi.
Misalnya kita menyusun kurikulum muatan lokal tentang Lingkungan Hidup, yang ditujukan agar peserta didik secara bertahap dapat dikembangkan aktifitasnya bagaimana mau peduli dan berbuat bagi lingkungan hidup sekitarnya, seperti diversifikasi lingkungan sekolah, dsb.
Namun pembuatan kurikulum ini harus dibarengi juga dengan kemampuan si pengajarnya, seperi cara mengajar, cara mengatur efektivitas pembelajaran, merancang pekerjaan yang bermutu, memodifikasi pembelajaran agar menarik, dan lain sebagainya.
b. Struktur Vertikal
Struktur Vertikal kurikulum, maksudnya adalah sistem pelaksanaan kurikulum itu sendiri bagi pendidikan dan pengajaran peserta didik.
Ada 3 jenis kurikulum, dilihat dari segi pelaksanaannya ini, yaitu :
1) Kurikulum Sistem Kelas
Program yang ada di dalam kurikulum di atur sedemikian rupa berdasarkan tingkatan kelas. Misalnya program untuk kelas I, II dan seterusnya.
Seorang siswa baru dapat mengikuti program di kelas yang tertinggi, manakala ia dinyatakan telah menyelesaikan dan lulus untuk program satu tingkat di bawahnya, yang biasanya ditentukan dengan naik kelas atau lulus.
2) Kurikulum Sistem Non Kelas
Program yang ada di dalam kurikulum di atur sedemikian rupa berdasarkan satuan program.
Seorang siswa dapat mengikuti program lanjutan atau program lain yang tidak dibatasi oleh suatu prasyarat, tanpa tergantung oleh keadaan temannya. Jadi para siswa yang berkemampuan di atas teman-temannya ia akan dapat untuk menyelesaikan suatu program dan mengambil program lain lebih cepat dari temannya.
Misalnya Program pada Kursus Komputer. Si A yang menguasai dan dinyatakan lulus sistem DOS, ia bisa meneruskan ke program lain, umpamanya Exell for Windows atau Microsoft Word For Windows, dll.
3) Kurikulum Kombinasi antara Sistem Kelas dan Non Kelas
Sistem Kredit Semester adalah kombinasi antara sistem kelas/ Semester dengan non kelas, dimana mereka yang memperoleh IPS tinggi akan diberi kesempatan berbeda dapat menempuh beban pengambilan studi pada semester berikutnya, misalnya 2,00 – < 2,5 hanya diberi kesempatan menempuh maksimal 20 sks, sedangkan 2,5 - < 3 dapat menempuh maksimal 23 sks dan IPS 3 – 4 dapat menempuh 24 sks.
F. DESAIN KONSEP KURIKULUM
12. ANATOMI KURIKULUM
Kurikulum merupakan sebuah sistem yang di dalamnya ada berbagai komponen yang satu sama lain tidak bisa dipisah-pisahkan.
Komponen pokok kurikulum menurut Pratt seperti yang dikutip Winarno Surachmad, adalah tujuan. Isi, organisasi dan strategi.
a. Tujuan
Kurikulum dalam lingkup sekolah, memiliki tujuan, sbb. :
1) Tujuan institusional, yaitu tujuan yang ingin dicapai setelah peserta didik menyelesaikan seluruh program pendidikan dan pengajaran pada sekolah tersebut.
Tujuan ini terdapat pada buku I kurikulum tingkat lembaga di suatu sekolah.
2) Tujuan kurikuler, yaitu tujuan yang ingin dicapai setelah peserta didik menyelesaikan seluruh program untuk mata pelajaran/ bidang studi/ vak/ mata kuliah tertentu.
Tujuan ini terdapat pada buku II atau GBPP atau kurikulum mata pelajaran/ bidang studi tertentu.
b. Isi
Isi kurikulum disebut juga muatan kurikulum atau program atau juga disebut syllabus, meliputi:
1) Pokok Bahasan
2) Sub Pokok Bahasan
3) Uraian inti materi
c. Organisasi
Dimaksudkan organisasi disini adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka program pengajaran yang akan disajikan kepada siswa.
Struktur ini, meliputi :
1) struktur horisontal; struktur yang berhubungan dengan bahan yang akan disampaikan, seperti integratif, korelated dan atau sabjek matter
2) Struktur vertikal; yaitu struktur yang berhubungan dengan masalah pelaksanaan kurikulum di sekolah, seperti sistem kelas, non kelas atau gabungan keduanya.
d. Strategi
Strategi ini merupakan cara yang ditempuh dalam menerapkan kurikulum baik dalam melaksanakan pengajaran, penilaian, bimbingan konseling dan karier, pengaturan kegiatan sekolah secara keseluruhan, pemilihan metode, alat dan media, dsb.
Misalnya dalam pelaksanaan pengajaran dilakukan dengan pendekatan PPSI atau cara lainnya seperti Modul, paket pelajaran, dsb.
Komponen-komponen kurikulum tadi memang diakui sebagai bagian-bagian dari sebuah kurikulum, namun satu sama lainnya tidak bisa dipisahkan, saling terkait dan berhubungan erat, misalnya Tujuan komponen yang tidak bisa dipisahkan dari isi dan strategi, sebab tujuan yang ada pada kurikulum itu merupakan arah dan bahkan batas akhir dari pengembangan isi dan strategi. Begitu juga isi tak mungkin ada dan terarah serta dapat disistematikakan ke arah tertentu, manakala Tujuan belum ada ditetapkan. Strategi yang baik tak mungkin dapat dikembangkan manakala tujuan dan atau isi tidak ditetapkan terlebih dahulu.

Tidak ada komentar: