25 November 2008

PRINSIP MEMBUAT LESSON PLAN

PRINSIP MEMBUAT LESSON PLAN

A. Memahami Tujuan Pendidikan

Sejak tahun 1975 pandangan dalam pembelajaran dirobah dari subject matter oriented (berorientasi kepada materi ) menjadi Objective Oriented ( berorientasi kepada tujuan ), maka tujuan dalam sebuah lesson plan memegang posisi penting karena lesson plan dibuat untuk mencapai tujuan.
Herarchis tujuan di Indonesia, adalah sbb. ;

7. Tujuan Nasional

Tujuan Nasional adalah tujuan yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia seperti yang dikehendaki pada pancasila dan UUD 1945, guru agama dalam hal ini harus memahami dan mempedomaninya.

8. Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan pendidikan nasional pada hakekatnya kualifakasi umum yang diharapkan telah dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan program pendidikannya.
Tujuan pendidikan Nasional Indonesia termuat dalam Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional guru agama dalam hal ini harus memahami dan mempedomaninya.

9. Tujuan Institusional

Tujuan Institusional, adalah tujuan pendidikan yang hendak dicapai melalui tingkat dan jenis pendidikan tertentu dan merupakan penjabaran dari Tujuan Pendidikan Nasional.
Tujuan ini merupakan kualifikasi umum yang diharapkan dimilki peserta didik setelah menyelesaikan tingkat atau jenis pendidikan tertentu. Tujuan ini tercantum pada buku I Kurikulum tingkat lembaga pada suatu jenis/ tingkat pendidikan tertentu dan guru agama dalam hal ini harus memahami dan mempedomaninya.

10. Tujuan Kurikuler

Tujuan Kurikuler adalah tujuan pendidikan yang harus dicapai setelah menyelesaikan seluruh program pembelajaran untuk Mata Pelajaran tertentu.
Tujuan ini terdapat dalam buku II atau GBPP untuk Mata Pelajaran tertentu dimana tujuan ini merupakan penjabaran dari Tujuan Institusional.
Tujuan ini merupakan kualifikasi umum yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan semua program pembelajaran pada suatu Mata Pelajaran tertentu.

11. Tujuan Pembelajaran (TP) atau Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Yang dimaksud dengan TP atau TIU adalah tujuan yang harus dicapai setelah menyelesaikan suatu pokok bahasan tertentu dalam kurikuler, setelah melalui satu atau beberapi kegiatan pembelajaran.
Tujuan ini merupakan penjabaran dari Tujuan Kurikuler, dan merupakan kualifikasi umum yang harus dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan mungkin beberapa pertemuan untuk sebuah pokok bahasan dari GBPP.

12. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) atau Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

TPK atau TIK adalah tujuan Pembelajaran yang harus dicapai setelah selesainya suatu proses pembelajaran.
Tujuan ini harus dibuat dan dirumuskan sendiri oleh guru dengan menjabarkan TP atau TIU dan bersifat operasional dengan menggunakan KKO (Kata Kerja Operasional).TPK/ TIK ini menjadi acuan guru dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran.

B. Menguasai Bahan Pengajaran

Guru yang akan membuat sebuah rencana pembelajaran, harus menguasi bahan/ materi pelajaran, minimal untuk bahan yang akan diajarkan pada jenis/ jejang tertentu yang menjadi tanggung jawabnya.
Penguasaan bahan akan memudahkan guru dalam merencanakan dan menerapkan komponen pengajaran lain, seperti tujuan sebagai contoh, pembuatan TPK sering diilhami ( antara lain )oleh bahan/ materi yang akan diajarkan, begitu juga untuk komponen PBM lainnya.

C. Memahami teori-teori pendidikan (selain teori pengajaran)

Teori-teori praktis dalam pendidikan seperti teori ganjaran dan hukuman, pembiasaan, penguatan, pentingnya pengetahuan guru tentang tujuan, tentang back ground anak, entering behavior ( keadaan tingkah laku anak), dll secara langsung memang tidak secara tegas dinyatakan dalam sebuah lesson plan, tetapi dia harus dipahami guru, sebab dalam praktik jika hanya menerapkan teori mengajar dan belajar maka proses pembelajaran hanya semata pembelajaran dan hasilnya tentu tidak akan baik bagi pendidikan peserta didik secara umum.
Teori pendidikan terintegrasikan dalam proses pembelajaran yang sebelumnya dirancang sedemikian rupa dalam sebuah lesson plan.

D. Memahami prinsip-prinsip mengajar

Dalam pembuatan Lesson Plan, diantara prinsip mengajar yang harus diperhatikan guru, adalah :

1. Prinsip Minat Peserta didik

Tahap awal proses pembelajaran hal yang utama dilakukan adalah bagaimana membangkitkan minat peserta didik, karena dari minat inilah akan melahirkan perhatian mereka terhadap proses pembelajaran.

2. Prinsip Pengulangan

Prinsip pengulangan dilakukan karena pada dasarnya bahan pengajaran selalu ada kaitannya dengan bahan sebelumnya, maka untuk menjaga keutuhan perlu adanya pengulangan dan ini juga membantu anak semakin mengingat akan pelajaran yang lalu dan mudah menerima pelajaran yang baru.

3. Prinsip Perbedaan Individu

Perbedaaan individual diperhatikan tapi tidak dibesar-besarkan, dalam arti kita sadari perbedaan sehingga kita dapat membuat langkah-langkah kegiatan yang bisa mengatasi perbedaan individual tersebut.

4. Prinsip Kematangan

Kematangan di sini adalah kematangan dalam arti masa yang tepat untuk mengembangkan fungsi tertentu.
Kematangan diperhatikan karena pengaruhnya besar utama dalam penetapan tujuan, pemilihan bahan, peralatan dan media , metode dan sampai kepada penetapan alat evaluasi.
5. Prinsip Mengajar Peserta didik Belajar

Dengan dipegangi prinsip ini, maka lesson plan dibuat sedemikian rupa untuk lebih mengutamakan mengajar peserta didik cara belajar dan mau belajar sendiri, bukan semata mengajarkan bahan.
Salah satu kunci utama dalam hal ini, tergantung kepada teknik memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mau belajar sendiri, disamping dengan tetap mengembangkan teori-teori pengajaran yang telah dikembangkan oleh para ahli, seperti pengajaran modul, pengajaran mesin, pengajaran berprogram, PPSI, dll

6. Prinsip Kegembiraan

Pada dasarnya semua orang senang dengan kegembiraan dan kegembiraan bisa memperlambat rasa kelelahan dan kejenuhan , maka pembuatan lesson plan perlu dipikirkan sedemikian rupa dengan memegangi prinsip ini, seperti pengajaran sambil bermain, atau belajar sambil bekerja ( learning by doing ), dll.

7. Prinsip Ketersediaan Alat

Alat yang dikehendaki hanya ditujukan pada alat bendawi ( alat peraga dan media ), bukan alat dalam arti luas.
Ketersediaan alat besar pengaruhnya bagi pembuatan lesson plan dan keberhasilan dalam pelaksanaan sebab alat disamping dapat membantu menghilangkan verbalisme juga menumbuhkan minat peserta didik. Karenanya prinsip ini perlu dipikirkan untuk dipegangi.

E. Memahami metode mengajar

Guru disamping harus memahami cara pengunaan, kelemahan dan keuntungan dari berbagai metode, juga harus mempertimbangkan beberapa hal dalam pemilihan dan penetapan sebuah metode, antara lain :
a. Keadaan murid ( kecerdasan ~ kematangan ~ perbedaan individual, dll)
b. Tujuan yang hendak dicapai.
c. Situasi ( kelas ~ lingkungan )
d. Alat yang tersedia ( ketersediaan ~ jumlah dan mutu alat )
e. Kemampuan guru ( fisik dan keahlian )
f. Sifat bahan pengajaran.

F. Memahami teori-teori belajar

a. Teori Belajar Thorndike

Belajar menurut Thorndike adalah suatu usaha memecahkan problem, maka berdasarkan ekspremennya ia mengemukakan 3 hukum dalam belajar, yaitu :
1. Law of effect
Bunyi hukum ini adalah “ sesuatu yang menimbulkan efek yang menyenangkan akan cenderung diulangi dan sebaliknya.”
Tercapainya keadaan yang memuaskan akan memperkuat hubungan antara S ( Stimulus ) dan R (Respons), maka manakala suatu pengajaran memberikan keuntungan kepada peserta didik ( manfaat dan hadiah umpamanya ) maka sangat membantu terjadinya proses belajar bagi peserta didik.
2. Law of exercise
Respons terhadap stimulus dapat diperkuat dengan seringnya respons digunakan. Ini berarti pengulangan sangat penting dalam proses pembelajaran.
3. Law of readiness
Dalam memberikan respons subjek harus siap dan disiapkan. Ini berarti proses pembelajaran harus memperhatikan kematangan peserta didik.


b. Teori Belajar Clare L. Hull

Hull mengemukakan tentang reinforcement ( penguatan ), yang berbunyi “ kalau suatu Respons( R) berkaitan dengan Stimulus (S) dan S-R ini dikaitkan dengan penurunan dorongan (drive), maka akan ada peningkatan hubungan S-R untuk menimbulkan R tersebut.”, maka ia membuat 3 hipotesa, sbb. :

1. Belajar tidak akan terjadi kecuali kalau suatu dorongan dikurangi (sebagai hasil belajar itu), dan supaya dorongan itu menurun maka dorongan itu harus ada.Ini berarti motivasi itu penting dalam belajar.
2. Dorongan tidaklah perlu dihilangkan; tetapi dikurangi. Untuk itu agar anak mau belajar, maka pelajaran tidak perlu dituntaskan.
3. Belajar akan maju pesat dengan langkah-langkah dan ukuran yang tidak khusus. Ini berati belajar berjalan secara kontinyu dan bersifat akomulatif.

c. Teori Belajar BF Skinner

Langkah metodologis Skinner sbb. : Pertama memberi Stimulus. Bila kelihatan Respons searah, maka langkah kedua dilakukan penguatan (reinsforcement) agar ikatan dengan stimulus pertama menguat. Ketiga Respons pertama dijadikan stimulus baru yang dapat menimbulkan respons baru yang lebih mendekati tingkah laku yang diharapkan, begitulah seterusnya.

G. Memahami beberapa model pengajaran yang penting
Model pengajaran atau sering juga disebut Jalan pengajaran yang umum dipakai antara lain :
a. Konsentris
Jalan pengajaran model ini adalah dengan memulai pelajaran dari bagian yang paling penting dan sukar lalu dilanjutkan dengan yang mudah ( lewat penguraian per bagian yang penting dan sukar tadi ).

b. Suksessif
Suksessi artinya berurutan. Maksudnya pelajaran hanya dilalui satu kali dan diteruskan maju secara berurutan.
c. Analisis
Jalan pengajaran ini dimulai dari mempelajari unsur-unsur ( bagian – bagian) untuk selanjutnya membuat kesimpulan atau merumuskan keseluruhan. Prinsif model ini menggunakan cara berfikir induktif.
d. Syntetis
Jalan pengajaran ini dimulai dari hal yang bersifat umum, menuju kepada hal yang lebih khusus ke bagian-bagian ( atau kebalikan dari analisis di atas ), prinsifnya menggunakan penalaran deduktif.

H. Memahami prinsip evaluasi

Evaluasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengetahui hasil pengajaran pada khususnya dan hasil pendidikan pada umumnya. Dalam tulisan ini yang dimaksudkan adalah penguasaan murid terhadap pengajaran yang diberikan.
Noll mengemukakan kegunaan evaluasi yang dilaksanakan di sekolah, sbb. :
a. Untuk mengetahui sejauh mana tujuan pendidikan telah dapat direalisasikan;
b. Untuk memperoleh masukan bagi guru untuk merevisi lesson plan yang telah digunakan;
c. Untuk memperoleh masukan dalam mempertimbangkan peningkatan program pendidikan secara umum.
Prinsip evaluasi yang harus diperhatikan diantaranya menyeluruh dan terus menerus dilakukan, bukan hanya akhir Cawu atau pertengahan Cawu atau akhir tahun saja.
Evaluasi baik harus dilakukan sewaktu mulai menerapkan lesson plan ( pre test) ~ mengakhiri sebuah lesson plan ( post test ) , kadang-kadang post test dapat dianggap sebagai test Formatif ( test yang dilakukan setelah berakhirnya 1 unit program pengajaran ), disamping setiap cawu dan Evaluasi Belajar Tahap Akhir yang keduanya dapat disebut sebagai test sumatif ( test yang dilakukan setelah berakhirnya satu satuan waktu tertentu, mis. Semester, Cawu, Evaluasi Tahap Akhir ).
Evaluasi menyeluruh dapat diartikan meliputi semua aspek pendidikan ( kognitif ~ Afektif dan Psikomotor ), karena diupayakan dalam sebuah lesson plan semua itu dapat dievaluasi.
Hal-hal yang berkenaan dengan teori evaluasi seperti konstruksi item, cara menafsirkan, cara menyelenggarakan dan teknik lainnya juga harus diperhatikan, namun secara singkat hal yang harus diperhatikan dalam melakukan evaluasi diakhir sebuah lesson plan, adalah:
1. Buatlah rencana evaluasi berupa post test setiap akhir sebuah lesson plan
2. Lakukan test sumatif disetiap akhir Cawu
3. Nilai evaluasi hendaknya tidak hanya satu aspek tapi meliputi semua aspek tingkah laku.

I. Memahami lngkah-langkah membuat lesson plan

Grasser dalam Basic Teacher Model mengemukakan 4 langkah membuat lesson plan, yaitu :

a. Instructional Objectives ( Tujuan Pengajaran )

Tujuan harus dirumuskan secara spesifik ( khusus ) dan operasional (jelas atau mudah diukur atau mudah dites).
Kekhususan disini dimaksudkan untuk sebuah Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK ) cukup satu pola tingkah laku, contoh Siswa dapat menterjemahkan surat al ikhlas dengan benar. Kata menterjemahkan hanya mengandung satu aspek tingkah laku.
Rumusan TPK harus operasional (jelas/mudah diukur) biasanya kalau dalam bahasa Indonesia kata kerja operasional kata kerja yang berimbuhan me ~ kan, contoh menterjemahkan – mendefenisikan – menyebutkan, dlsb., kemudahan dalam mengukurnya dapat dicontohkan : Coba terjemahkan Surah Al Ikhlas dengan benar !, maka siapapun yang melakukan koreksi terhadap hasil jawaban akan dapat dengan jelas menentukan kebenaran atau kesalahan dari jawaban itu.
Benyamin S Bloom mengembangkan klasifikasi daerah binaan (domain) tingkah laku dalam membuat tujuan, yang disebut dengan TAXONOMY OF EDUCATIONAL OBJECTIVES, sbb. :
a) Kognitif domain
(1) Knowledge
Daerah ini berisi kemampuan mengingat (recall) konsep, metode proses, pattern dan struktur
(2) Comprehension
Daerah pemahman ini lebih rendah dari pengertian, cukup memahami tanpa mengetahui hubungannya, seperti kemampuan menterjemah, dsb.
(3) Application
Kemampuan siswa menerapkan konsep abstrak pada objek khusus dan konkrit.
(4) Analysis
Siswa dapat memahami dengan jelas hirarki ide dalam suatu unit bahan atau membuat keterangan yang jelas tentang hubungan antara ide yang satu dengan lainnya
(5) Synthesis
Membina kemampuan belajar merakit bagian-bagian menjadi satu keutuhan. Seperti proses menyusun, menggabung dan sebagainya
(6) Evaluation
Menyangkut kemampuan siswa mempertimbangkan nilai bahan dan metode yang digunakan dalam penyelesaian sesuatu problema.
b) Affektif domain
Aspek afektif pada dasarnya adalah aspek sikap bathin berupa penerimaan nilai untuk dijadikan nilai anutan

(1) Receiving
Siswa dibina agar bisa menerima suatu nilai yang diajarkan kepada mereka dan akhirnya mereka mau mengidentifikasikan diri dengan nilai itu.
(2) Responding
Pada tahap ini siswa dibina motivasinya untuk menerima suatu nilai yang diajarkan dalam artian mereka punya daya dorong untuk menerima nilai itu.

(3) Valuing
Siswa dibina untuk punya kemampuan menilai konsep atau fenomena baik dan buruk.
(4) Organization
Siswa dibina untuk mengorganisasikan nilai ke dalam suatu sistem, menentukan hubungan nilai-nilai itu dan menentukan nilai mana yang paling dominan dan mana yang tidak pada situasi tertentu.
(5) Characterization by a Value or Value Complex
Pembinaan nilai agar tertanam secara konsisten dalam diri, telah efektif mengontrol tingkah laku pemiliknya dan mempengaruhi emosi pelakunya ( karakternya dan pandangan hidupnya )
c) Psikomotor domain
Psikomotor domain adalah pembinaan ini adalah pembinaan jasmani atau lebih khusus pembinaan ketrampilan jasmani.

Ada beberapa langkah memudahkan guru dalam membuat TPK,yaitu :

a) Ambilah buku GBPP ( Garis-garis Besar Program Pengajaran ) dan periksalah semua TP ( Tujuan Pembelajaran ) apakah ada yang tumpang tindih atau tidak.
b) Buatlah TPK berdasarkan Sub Pokok Bahasan ( ingat penguasaan materi sangat menunjang untuk ini ) untuk seluruh kurikulum itu .
c) Susun dan beri nomor kode TPK itu, untuk menjaga sistematika dan koherensi keilmuan yang diajarkan ( ini dapat mempedomani sistemtika ilmu yang bersangkutan )

b. Entering Behavior ( kemampuan dasar tingkah laku )

Entering behavior (kemampuan dasar ) menggambarkan tingkah laku yang harus dimilki siswa sebelum memperoleh tingkah laku baru yang terlukis dalam TPK. Jadi dia berhubungan dengan keadaan pengetahuan dan keterampilan siswa hubungannya dengan TPK, Contoh : Siswa dapat mendemonstrasikan Shalat shubuh, maka entering behaviornya dia harus hafal bacaan shalat dan doa qunutnya.
Paling tidak ada 4 konsep menentukan entering behavior, yaitu :
(1) Kesiapan
Maksudnya kafasitas siswa yag tepat untuk menghadapi TPK, seperti kesiapan membaca untuk menghadapi pelajaran qiraah dalam bahasa arab
(2) Kematangan
Adalah bentuk kesiapan yang berhubungan dengan aspek biologis yang ini disebut masa peka, atau saat yang tepat untuk memberikan sesuatu.
(3) Perbedaan individu
Hal yang biasanya menjadi perhatian adalah perbedaan kelompok, seperti umur, jenis kelamin, ras, tingkat sosial, dll
(4) Kepribadian siswa
Kepribadian disini hanya lebih ditujukan kepada cara tindak dan persepsi seseorang yang melahirkan cara tindak tertentu.

c. Instructional Prosedure ( Langkah pembelajaran )
Ada berbagai langkah yang dapat dilakukan untuk berbagai pengajaran, seperti :
1. Pengajaran Ketrampilan
Suatu ketrampilan mempunyai 3 (tiga) sifat, yaitu :
a. Suatu ketrampilan melibatkan satu mata rantai respons jasmani.
b. Tindakan ketrampilan sebagai koordinasi mata dan tangan
c. Ketrampilan dapat dilihat sebagai organisasi mata rantai S-R menuju pola-pola respons yang lebih rumit.
Kondisi belajar dasar skill adalah :
(1) Contiguity yaitu jarak perurutan antara stimulus dan respons. Atau kejadian smultan antara unit unit S-R dalam mata rantai skill. Atau untuk skill tingkat tinggi adalah kejadian simultan mata – mata rantai yang membentuk pola skill keseluruhan.
(2) Praktek. Ini adalah kondisi eksternal belajar, yang dalam praktek dilakukan dengan cara :
(a) Mengulang bagian-bagian suatu skill
(b) Mengkoordinasikan bagian-bagian itu dengan memperhatikan urutannya dalam waktu
(c) Menjaga jangan ada bagian yang terlupa
(d) Mengembangkan skill itu menjadi tingkat belajar yang otonom
(3) Feedback atau lebih tepatnya disebut reinforcement ; walaupun reincement menekankan pengaruh upah (reward) dalam belajar, sedangkan feedback adalah informasi yang disediakan bagi siswa yang memungkinkannya membanding tingkah laku aktual dengan tingkah laku ideal ( standard ) untuk skill itu.
Langkah-langkah dalam pengajaran skill atau ketrampilan, yaitu :
(1) Menganalisis tugas-tugas dalam suatu skill yang akan diajarkan.
Misal untuk pembelajaran Wudhu, maka mungkin analisis tugas dalam suatu skill adalah tata urutan hal yang harus dilakukan saat berwudhu, cara membasuh muka, dll
(2) Memeriksa kesiapan (entering behavior ) siswa
Dalam pengajaran tentang wudhu diantaranya lafal niat atau do’a berwudhu atau lagi cara berwudhu. Dengan diketahuinya ini guru bisa mengambil langkah selanjutnya untuk pengajaran itu, dan bahkan bisa membatalkan proses pembelajaran untuk itu.
(3) Merencanakan latihan unsur skill
Seperti urutan hal yang harus dilakukan dalam berwudhu, cara membasuh muka, dll.
(4) Mendemonstrasikan skill pada anak
Contoh praktek wudhu yang benar
(5) Menyediakan tiga kondisi belajar yang dasar
Misalnya memberi kesempatan anak untuk praktek wudhu dengan benar.

2. Pengajaran Pengetahuan Verbal ( bahasa )

Pengajaran Pengetahuan verbal dimaksudkan adalah pengajaran pengetahuan yang banyak melibatkan bahasa, bukan menunjuk pada sesuatu konsep atau prinsip.
Prosedur pengajaran bahasa :
a. Melatih mengingat nama.Misalnya anak disuruh memasukkan kata dalam struktur kalimat
b. Mencari kata untuk melengkapi kalimat. Misalnya anak mengisi kalimat yang kosong dengan katanya sendiri.
c. Prosedur lain yang lebih rumit, misalnya gramatika
Langkah-langkah pengajaran verbal ( bahasa ) melalui jalur berikut :
1) Gambarkan kepada siswa apa yang anda minta mereka mempelajarinya
2) Jelaskan makna bahan itu bagi mereka
3) Tentukan entering behavior anak untuk menghadapi bahan itu
4) Siapkan kondisi praktek yang memadai
5) Siapkan pengetahuan agar mereka dapat memberikan respon yang benar
6) Siapkan kondisi untuk mengurangi gangguan
7) Siapkan alat dan cara evaluasi hasil pengajaran

3. Pengajaran Konsep dan prinsip

Konsep dimaksudkan sebagai suatu kelas (katagori) stimulus ( objek tertentu ; bisa benda, kejadian atau apapun juga) yang memilki sifat-sifat umum. Konsep bisa juga disebut defenisi.
Sedangkan prinsip adalah suatu pernyataan tentang hubungan antara dua atau lebih konsep. Kadangkala prinsip juga disebut hukum atau generalisasi.
Langkah pengajaran konsep antara lain sbb.:
1) Penetapan tujuan (Contoh hari ini saya akan mengajarkan konsep turis; apa turis itu sebenarnya)
2) Pilihlah ciri-ciri esensial setiap konsep yang akan diajarkan ( ciri turis adalah kegiatannya khusus bepergian, tujuan untuk mencari kesenangan, tinggal yaitu mengenai lama tinggalnya, dll )
3) Siapkan siswa agar memiliki bahan mempelajari konsep itu ( guru menuliskan kata turis, setelah mengulang beberapa kali dengan siswa, guru menuliskan konsep yang salah )
4) Siapkan contoh-contoh konsep yang benar dan salah
5) Sajikan contoh konsep itu secara serempak
Untuk no 4-5 contohkan beberapa contoh yang sesuai dengan konsep dan yang berlawanan dengan konsep
6) Sajikan contoh baru konsep yang benar dan anak mengenalinya
7) Perhatikan keadaan siswa dalam mempelajari konsep ituCarilah contoh konsep baru yang lain dan benar
8) Suruh siswa mendefenisikan konsep ituSajikan lagi beberapa contoh lain yang benar dan salah dan anak mempelajarinya
9) Adakan lagi latihan mengenali konsep ituTes anak dengan beberapa kalimat yang berisi konsep yang benar dan yang salah
10) Lakukan evaluasi.
Langkah pengajaran prinsip adalah :
1) Tuliskan TPK yang harus dimiliki siswa
2) Tetapkan dan tunjukkan prinsip mana yang harus diingat siswa dalam mempelajari prinsip baru ( ini bagian dari entering behavior )
3) Bantulah siswa dalam mengingat komponen-komponen prinsip ( konsep )
4) Bantulah siswa menyusun konsep menjadi prinsip
5) Suruhlah siswa menyebutkan prinsip itu secara sempurna
6) Sekarang suruhlah siswa menyebutkan defenisi prinsip itu secara sempurna
7) Periksalah kesulitan siswa dalam mempelajari prinsip ini
8) Tes akhir

4. Pengajaran Problem Solving

Problem Solving adalah merupakan suatu kemampuan memecahkan masalah. Intinya kegiatan berfikir kreatif; berfikir kritis atau berfikir menemukan.
Langkah-langkah pengajaran Problem Solving, adalah :
1) Menetapkan TPK
2) Memeriksa Entering Behavior Siswa
3) Melatih kemampuan siswa menggunakan konsep dan prinsip dalam problem solving
4) Mengarahkan secara verbal pemikiran siswa dan memberikan cara pemecahan yang singkat
5) Memeriksa keadaan belajar siswa dengan cara menyuruh siswa memberikan penjelasan yang lengkap tentang cara menyelesaikan problem tadi
5. Pengajaran Berprogram ( Programmed Instruction )
Langkah-langkah pengajaran berprogram, adalah :
1) Pilih satu unit atau topik yang akan diajarkan
2) Tuliskan TPK atau terminal behavior dengan tepat
3) Buat atau tulis tes untuk menentukan entering behavior
4) Buat dan tulis tes untuk mengukur keberhasilan program ( sesuai dengan TPK/ terminal behavior )
5) Mulai membuat program; buatlah frame ( hal yang penting bagi sebuah frame adalah Stimulus dan konteksnya ~ Isyarat (cue) ~ Respons dan bahan yang menyebabkan bahan itu mudah dibaca dan membantu siswa memberikan respons yang benar )
6) Lengkapi program dengan kunci jawaban ( jangan diletakkan dekat frame tapi diakhir program )
7) Buat Isyarat (cue) yang dapat membantu siswa menemukan respons yeng benar
8) Buat frame dalam urutan yang teliti.
9) Uji cobakan berulang-ulang dan kalau perlu revisi frame itu.
d. Ferformance assessment ( Mengetahui hasil )

Untuk mengetahui hasil pengajaran diperlukan adanya evaluasi yang dalam bahasa Inggris berasal dari kata Evaluation yang berarti penilaian terhadap sesuatu.
Ada 2 istilah yang hampir sama dengan evaluasi pengertiannya, yaitu :
a) Testing atau menggunakan tes ( alat ukur )
b) Measurement ( pengukuran ) yang dalam pengertiannya lebih luas daripada testing, dan biasanya dikhususkan digunakan di sekolah
Evaluasi dalam pengertiannya lebih luas lagi dari measurement baik dilihat dari sudut instrumen yang digunakan atau data yang digunakan, karena menyangkut data kualitatif dan kuantitatif.
Evaluasi di sekolah utama sekali digunakan untuk mengetahui sejauh mana Tujuan dapat dicapai., menjernihkan hipotesis terhadap kurikulum yang digunakan, juga untuk penanganan / kegiatan BP.
Tes hasil belajar berarti memeriksa hasil belajar berupa kemampuan siswa. Dan yang menyangkut dengan KBM ada 2 test yang biasa bahkan selalu dilakukan, yaitu :
1) Pretes; test sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, dan berguna untuk mengetahui entering behavior siswa
2) Posttest; test yang dilaksanakan sesudah kegiatan PBM berakhir.
Diantara kegunaan Post test adalah :
1) Untuk menentukan prestasi siswa
2) Untuk umpan balik dalam menentukan kembali ketepatan entering behavior
3) Dijadikan umpan balik dalam menentukan kembali ketepatan prosedur belajar mengajar.
Dalam menyusun tes hasil belajar, paling tidak ada dua prinsip yang harus diperhatikan dalam penyusunan tes, diantaranya :
1. Validitas
Tes dikatakan valid manakala ia mengukur apa yang seharusnya diukur, maka tes hasil belajar akan dikatakan valid manakala sesuai dan atau mengukur Tujuan Pembelajaran, sebagaimana telah dirumuskan dalam bentuk TPK.
2. Reliabelitas
Reliable artinya dapat dipercaya, yang tentu ditandai oleh konsistensi tes tersebut.
Konsistensi maksudnya siswa akan memperoleh skor yang relatif tidak berbeda manakala ia diuji pada waktu yang berlainan.
Ada beberapa ciri yang menunjukkan reliablenya tes, yaitu :
1) Redaksinya tidak terlalu mudah atau sukar
2) Menghadapi tes siswa tidak menemui kesulitan dari segi penggunaan tenaga, emosi, kewaspadaan, dll
3) Pertimbangan dalam menjawab adalah pertimbangan kepastian, bukan untung-untungan.

Tidak ada komentar: